Tuesday, October 26, 2010

SYAIR BUJANG BIMBANG

Oleh : Hamdi Akhsan

PENDAHULUAN
Sebuah syair yang dibuat dengan nuansa satire dan jenaka. Syair ini bukan bersifat pesan,tapi deskripsi situasi.Moga bisa menghibur!
I
Inilah kisah si bujang bimbang,
kalau berjalan hidung mengembang,
kesana kemari bagaikan kumbang,
kalau menyanyi suaranya sumbang.

Usia kini sudah limapuluh tahun,
nyeberang jalan ingin dituntun,
kalaulah bisa oleh si atun,
tapi sayang ?hanya mendapat getun! (getun=kecewa,jawa)

Belumlah lagi gunjingan orang,
kadang membuat hatinya berang,
ingin rasanya membawa parang,
tapi sayang...itu dilarang.

II
Kalau teringat muncullah sesal,
dihati juga terasa mengkal,
mengapa dulu wataknya nakal,
sering pula jahat akal.

Waktu muda sangatlah tampan,
pacarnya banyak disimpan-simpan,
ketika serempak muncul didepan,
kagetlah ia...bagai disengat lipan!

Orang kata buaya darat,
rayuannya membuat rindu berat,
gayanya kaya padahal melarat,
rambutnya pirang kayak orang barat.

III
Rambut kelimis di oles minyak,
licin mengkilap bagaikan sayak,
bajunya ketat baga mau koyak,
assesoriesnya aduuuuh sungguh banyak.

Mata ditutup kaca yang riben,
biar tampil dianggap keren,
celana baru dibeli kemaren,
waaaahhh...mirip tu dengan duren.

Kalau berjalan matanya liar,
ke kanan kiri berbinar-binar,
seperti selebritis yang sudah tenar,
alaaaa maaaaak...yang benaaaar!

IV
Orang dikampung tersenyum simpul,
melihat aksinya waktu berkumpul,
rokoknya mahal asap mengepul,
tapi kalau makan...sungguh gembuuulll.

Kalau bicara suaranya nyaring,
bagaikan pecah bunyinya piring,
berebut benar ia paling sering,
sampai ada yang bilang.....berotak miring.

Senang hatinya orang bertepuk,
dikira kagum sedang menumpuk,
padahal didalam orang mengutuk,
dasar.....kerjanya bikin orang suntuk.

V
Ketika umur makin bertambah,
laku tak juga bisa berubah,
gadis pun takut kalau diraba,
jandapun melapor kepada abah.

sialnya nasib si bujang bimbang,
tak ada gadis mau di bambang,
jandapun takut digunjing orang,
wah....kasihan betul nasib si abang.

Tanpa terasa badan menua,
kawan sebaya dah anak dua,
ada yang sudah jadi mertua,
sedangkan diri...masih begitu-begitu jua.

VI
Ai,...kasihan juga si bujang bimbang,
gadis tak mau jandapun kurang,
setiap hari hanya berdendang,
setiap pagi setiap petang.

Entahlah kapan nasibnya mujur,
mendapat jodoh walau ngelantur,
agar tidurnya bisa mendengkur,
serta makannya jadi teratur.

Kalaulah tidak susahlah orang,
semakin tua makin pemberang,
mudah tersinggung kalau dilarang,
dan sangat pelit terhadap barang.

VII
Inilah syair yang sederhana,
jadi fikiran boleh karena,
untuk lelaki bujang namanya,
segera nikah cari jodohnya.

Semakin lama makin tak laku,
anehlah pula punya tingkahlaku,
habislah masa bujang berlaku,
awas nanti....membatu kaku....hahaha.


Wassalam

Related Posts:

  • Syair Poligami I Inilah madah seorang insan, tentang perkara sepanjang zaman, kalau dibahas bikin tak nyaman, menjadi olokan sesama teman. Poligami terkenal nama sebutan, ada sembunyi ada yang pamitan, menjadi sumber godaan syaita… Read More
  • Rintihan hatirindu dendam menghujam hati tak ku temukan senyum mentari dan semilir udara pagi sendiri ku berjalan menapaki kerikil tajam kau mungkin lupa menganggap aku tak pernah ada dengan cinta dan rasa. aku tak istemewa, tak ber… Read More
  • Kumpulan Pantun Bersajak Bahasa BanjarPantun sindiran untuk pondokan atau orang sekolah. urang banjar baulah cucur, makan pancuk pisang manurun, belajar ikam bujur bujur, supaya isuk kada manirun. orang dayak dari katingan, masaki babi gasan acara, amun banyak … Read More
  • SYAIR MAYAT DAN GANDA KUSUMASyair Mayat [gusti aly] Alkisah tersebut suatu madah, tubuh lesu urat pun lemah, menghabarkan nyawa tatkala pindah, jangan lupa dengan zikir Allah. Tiadalah kami banyak berkata, kabar sudah banyak dipeta, sekedar mengambi… Read More
  • Kompilasi Pantun-Pantun akhir Januari PANTUN SENIN PAGI (31/1/2011) Bakinya berat tumpahlah agar, untunglah ada sisa irisan. Rezeki diharap bala dihindar, itulah doa sebagai insan. Sarapan pagi piringnya dua, belah sedikit jangan dibuang. Harapan ting… Read More

0 comments: