PENGANTAR
Ini
kisah fiktif yang bersifat satir metaforis bagi yang bisa memaknai nya, bagi
yang tidak setuju silahkan membuat karya sendiri yang lebih baik. Semoga
bermanfaat. Amien
I
PENDAHULUAN
Tersebut
di dalam suatu cerita,
terjadi
di negeri antah berantah,
terjadi
di zaman sangat baheula,
tentang
kerakusan sangat tercela.
Inilah kisah
kerajaan tikus,
rajanya
gagah, gemuk, dan rakus,
bau memancar
seperti kakus,
walau
badannya sudah dibungkus.
Kerajaan
punya banyak aturan,
tak ada
bagian yang terlewatkan,
dari yang
pribadi sampai kerjaan,
juga
kehakiman dan kejaksaan.
II
Binatang
lain memandang aneh,
banyak
sekali kerja nyeleneh,
dari yang
rumit sampai yang remeh,
ditempat
sepi ataupun rame.
Golongan
tikus banyak berpartai,
ngomongnya
banyak sambil bertikai,
rapat habisi
makanan bertangkai-tangkai,
tapi
hasilnya?.....tidak terpakai.
Itulah tikus
yang sedang rapat,
suaranya
riuh menciat-ciat,
bergerak
gaduh ke timur barat,
Dasar!....binatang
pengerat.
III
Rajapun
punya banyak menteri,
setiap
golongan pasti diberi,
peduli
pengerat atau pengiri,
yang penting
aman raja sendiri.
Rajanya
sangat senang bersolek,
didepan kaca
berbolak-balek,
rambutnya
rapi bajunya molek,
ngomongnya...bak
dalang wayang golek.
Tutur
katanya sangat dijaga,
kalau bicara
bisa diduga,
bersama
istri serta penjaga,
bersama
menteri seringlah juga.
IV
Di negeri
tikus komite banyak,
disana
berkumpul tukang teriak,
berkumpul
juga para pembalak,
hebatnya...?ada
pula mantan pembajak.
Setiap hari
kerjanya rapat,
idenya
tinggi melompat-lompat,
belumlah dua
langsung ke empat,
kalau
dibantah langsung mengumpat.
Adapula yang
jadi aparat,
dari
golongan tikus pengerat,
bongkar
korupsi sampai ke urat,
ternyata
masih juga kena jerat.
V
Di negeri
tikus banyak yang ganjil,
jalanan
rusak banyak dicungkil,
tembok
dijebol memakai martil,
ATK
kantor?banyak diambil.
Apalah lagi
adiminstrasi,
kertas
dimakan seperti nasi,
begitu juga
soal kontruksi
semen
dilahap bersama besi.
Katanya
tinggal dihutan subur,
rakyatnya
miskin makannya bubur,
banyak
betina jadi pengibur,
ataupun mati
tiada berkubur.
VI
Berbeda lagi
si tikus hutan,
berbolak-balik
seperti setan,
terutama
yang urusi deptan,
ternyata...ikut
selundupkan rotan.
Karena
kerajaan di hutan tropis,
urusan tani
jadi strategis,
si tikus
sawah menyusun basis,
proyek
didapat teman sebaris.
Si tikus
kota tidak bertugas berat,
karena
sekolahnya dulu di barat,
jabatannya
tinggi jadi penasehat,
yang sangat
piawai kalau berdebat.
VII
Ada yang
khusus di kerajaan tikus,
jadi apapun
haruslah rakus,
bermodal
dengkul dapat seratus,
sebagai jasa
karena pengurus.
Dasar memang
tikus pengerat,
banyak
sedikit yang penting dapat,
peduli apa
rakyat melarat,
terserah
saja negeri sekarat.
Apalah lagi
yang dekat raja,
bisa meminta
berapapun saja,
untuk
pelicin setiap meja,
habis
separuh?...ah biasa saja.
VIII
Di kerajaan
ada palemen,
golongan
tikus banyak komponen,
dipilih
rakyat di musim panen,
elit
sekaleee...dan juga keren.
Para anggota
rajin berkumpul,
ada yang
cerdas ada yang tumpul,
ada yang
keriting ada pula yang gundul,
pokoknya.....amburaduuuuuul.
Kerjanya
sungguh enak sekali,
cuma omong
dan umbar janji,
setiap tikus
dapat mobil sebiji,
dan
parahnya?...masih minta naik gaji.
IX
Setiap tahun
wakil berkumpul,
membahas
sawah mau digundul,
sambil
berfikir gimana ngibul,
itulah kalau
perutnya gembuuuuul.
Ada pula
yang teriak-teriak,
bagaikan
lakon panggung ketoprak,
kawan-kawannya
bersorak-sorak,
saking
semangatnya?ada yang terberak.
Ada pula
yang enak tidur,
sambil
ngorok kaki terjulur,
tak sadar
sampai meleleh liur,
parahnya
lagi?...sempat pula ngelindur.
X
Setiap
sarang ada bupati,
kuasanya
hebat setengah mati,
pegawai
harus pintar ambil hati,
supaya
dikasih beras sepeti.
Bupati tikus
banyak yang pongah,
merasa diri
selalu gagah,
mobilnya
bagus rumahnya megah,
kemana-mana
bawa penjaga.
Kalaulah
habis masa kuasa,
diganti
istri anakpun bisa,
asalkan
banyak emas suasa,
dan pandai
pula cakap berbusa.
XI
Janganlah
lupa tikus pebisnis,
mobilnya
baru serta kelimis,
wajahnya
tampan dihias kumis,
kalau bicara
mulutnya manis.
Datang ke
raja membungkuk-bungkuk,
saking
bungkuknya seperti duduk,
kalau bicara
sambil menunduk,
dasar...licik
kayak pelanduk.
Bawa
proposal tebal sebantal,
padahal yang
bikin si tukang rental,
merengek-rengek
membikin kesal,
cuma itulah
ternyata modal.
XII
prihatin
tikus pengumpul padi,
sore
mengerat sampai ke pagi,
habis
bekerja?bekerja lagi,
sampai
ompoonggg semua gigi.
Itulah kalau
tikus serakah,
diatas
lumbung raja bertakhta,
sambil
mengerat mana yang suka,
rakyat
kelaparan?...pura-pura buta.
Para menteri
juga punya lumbung,
amalkan ilmu
si aji mumpung,
pundi-pundinya
penuh menggelembung,
tuk anak
turunan sambung menyambung.
XIII
Tengoklah
pula dikantor-kantor,
fisiknya
bagus lakunya kotor,
yang kecil
harus rajin menyetor,
pada atasan
atau supervisor.
Si Raja
tikus sering teriak,
untuk
berantas sistem yang rusak,
tapi semua
berpura pekak,
sambil
mengangguk berpurak-purak.
Binatang
luar banyak yang heran,
potensi
hutan banyak berlimpahan,
tapi
rakyatnya tetap kelaparan,
dan tidur
diemper beralas koran.
XIV
Terdapat
juga tikus baik,
ingatkan
sebelum kerajaan terbalik,
tapi?malah
akan kecelik,
dituduh
teroris dijeruji bilik.
Ada pula si
tikus korban,
dengan
pejabat sama-sama makan,
awalnya
kawan sebelum ketahuan,
terbuka
busuk minggat jadi imigran.
Kini semua
tikus blingsatan,
parahnya
negeri bak lingkaran setan,
hutang
menumpuk sebanyak lautan,
korupsi
mengganas tak bisa disebutkan.
XV
Dengarlah
kata pahlawan tikus,
ciri-ciri
kerajaan yang akan hangus,
keadilan
banyak yang terberangus,
maksiat
subur bagaikan humus.
Apapun dihutan
akan dikerat,
yang rusak
ringan maupun berat,
yang ada
timur atau di barat,
yang ada
dilaut atau di darat.
Tikus yang
kaya semakin kaya,
yang miskin
makin tidak berdaya,
yang kuasa
akan tambah berjaya,
yang lemah
selalu teraniaya.
XVI
Sangatlah mahal
bangun infrastruktur,
baru
sebentar sudah hancur,
direhab lagi
dana mengucur,
tak
sudah-sudah sampai ke kubur.
Tengoklah
pula tikus di kota,
Rumah yang
mewah megah tertata,
berdekatan
dengan gubuk derita,
yah...apalah
lagi mau dikata.
Itulah kalau
kerajaan timpang,
uang dipakai
untuk menimbang.,
apapun bisa
dibuat dagang.
asal sesuai
irama gendang.
XVII
Syairku ini
bagai guyonan,
tapi
tersirat banyak ajaran,
dilihat
sendiri yang dilapangan,
atau
informasi dari teman.
Kerajaan
tikus menjelang hancur,
semua aspek
berjalan mundur,
segalanya
makin tidak teratur,
tinggallah
kita sedih menekur.
Wahai kawan
kita mulai,
bermula dari
diri sendiri,
marilah kita
sadarkan diri,
agar tak
murka Sang Maha Pemberi.
PENUTUP
XVIII
Hidup di
dunia hanya sebentar,
malaikat
maut tak pernah gentar,
tak bisa
disogok atau dibayar,
tak pula
bisa tawar menawar.
Wahai
sahabat pencinta syair,
hidup di
dunia bagai musafir,
hanya
sebentar akan berakhir,
dikubur
dipalu munkar dan nakir.
Terhadap
harta kita ditanya,
didapat dari
jalan yang mana,
dipakai apa
manfaat guna,
dipertanggungjawabkan
dengan sempurna.
Wallahu alam
bisawwab. Semoga syair ini menjadi pelajaran bagi diri sendiri dan yang
menyukainya,semoga pula menjadi amal ibadah.
Amien ya
Robbul Izzati.
Inderalaya,
23 September 2010
Wassalam
Hamba Allah
Hamdi
Akhsan.
0 comments:
Post a Comment