Thursday, September 30, 2010

_SYAIR REMAJA_


oleh Mimpi Buruk Manisan Pache pada 30 September 2010 jam 0:51
I
Remaja bagaikan bom nuklir,
Ledakan semangat tanpa akhir,
Nama baik terus diukir,
Tanpa peduli orang mencibir.

Biar otak tidaklah pintar,
Terkadang malas untuk belajar,
Tapi prestasi terus dikejar,
Agar kelak mendapat gelar.

Remaja itu ibarat pedang,
Ucapanya tajam dan juga lantang,
Akan mudah lukai orang,
Apa bila ia ditantang.

II
Masa remaja masa emas,
Lembut dan putih seperti kapas,
Terkadang mereka menjadi buas,
Jika mengenal pergaulan bebas.

Pulang malam menjadi gayanya,
Biar tak diejek teman~temannya,
Meskipun bukan keinginannya,
Takkan kuasa dia menolaknya.

Semua hal ingin dicobanya,
Tuk penuhi hasrat penasarannya,
Walau kadang menjerumuskannya,
Tapi itulah kini faktanya.

III
Remaja yang baik suka mengaji,
Sifatnya pun akan terpuji,
Dalam hatinya selalu berjanji,
Suatu saat berangkat haji.

Ilmu agama wajib dipelajari,
Sebagai bekal menjaga diri,
Dari sifat dengki dan iri,
Agar tak sesat kemudian hari.

Giat mengaji selagi muda,
Tak kenal lelah seperti kuda,
Perkuat iman bagai garuda.
Biar tak mudah untuk digoda.

IV
Syair kutulis dengan riang,
Agar pembaca merasa senang,
Meskipun masih banyak yg kurang,
Tapi tak salah untuk dikenang.

Maaf bila banyak kekurangan,
Karna syairku sebatas angan,
Ku kutip dari pengalaman,
Salah kata mohon dimaafkan

Mimpi Buruk Manisan Pache
_Tenggar Amrullah_
Banjarnegara,

SYAIR UNTUK ANAK DARA (WANITA MUSLIMAH)

I
PENDAHULUAN.
Kumulai syair dengan Bismillah,
memohon ridho kepada Allah,
tempat segala asal bermula,
pada-Nya semua makhluk bermilah.

Syairku ini karena gelisah,
melihat zaman akan binasa,
segala tempat bergelimang dosa,
menjaga iman sangatlah susah.

Wahai anakku wanita muslim,
kepada engkau kuucap salim,
berharap engkau bertambah yakin,
terhadap Alquran dan Shahihain.

II
Engkau bagaikan bunga yang mekar,
segala kumbang datang mengincar,
dari yang baik atau yang liar,
berbagai cara walaupun sukar.

Jagalah diri sepenuh hati,
pilihlah teman dengan teliti,
agar tak sesal dirimu nanti,
hanyut tak mampu balik ke tepi.

Dalam bergaul jagalah batas,
jangan dilupa setan melintas,
membuat lupa pada yang atas,
mabuk bagaikan ikan di putas.

III
Terhadap pria engkau waspada,
pria yang baik akan berbeda,
melihat engkau bukannya benda,
tapi bagaikan hormati bunda.

Kalaulah ia pria yang baik,
tak akan ajak berbisik-bisik,
tak pula pergi ke bilik-bilik,
ataupun perkara yang pelik-pelik.

Dia kan datang langsung kerumah,
ayah dan bunda disapa ramah,
tutur katanya lembut dan lemah,
tak banyak buat tingkah percuma.

IV
Pertanda ia bukan idaman,
kalau berkata dengan ancaman,
datang padamu di kemalaman,
membuat hatimu tidaklah nyaman.

Wahai anakku dara muslimah,
jaga dirimu janganlah lemah,
terhadap syaitan janganlah lengah,
supaya engkau mendapat jannah.

Kembang kan mekar hanya sekali,
setelah layu tiada kembali,
ratap dan tangis kan disesali,
gugurlah bunga hancurlah hati.

V

Wahai anakku para muslimah,
terhadap rayu janganlah lemah,
madu terhisap tinggallah remah,
tiada berharga tiada bermakna.

Pria sejati akan menjaga,
mahkota indah sangat berharga,
sampai ketika saatnya tiba,
jalani hidup bagai disorga.

Ketika taqdir telah menjelang,
engkau kan senang bukan kepalang,
dituntun imam kala sembahyang,
dilindungi olehnya malam dan siang.

VI
Anakku sayang para muslimah,
mantapkan hati rindukan rumah,
kurangi senang keluar percuma,
agar dirimu mendapat rahmah.

Jangan ananda banyak keluar,
nanti muruahmu menjadi tawar,
yang tersembunyi akan terzahar,
iman didada akan tercabar.

Jadikan malu selimut diri,
jadilah bagai mawar berduri,
dipandang indah duduk berdiri,
tapi tajamnya tiada terperi.

VII
Anakku sayang anakku cantik
dengarlah selalu nasehat baik,
sebelum terlambat cepatlah balik,
sebelum bunga mekar terpetik.

Ketika tiba hari pengantin,
tiba masalah tidak prihatin.
engkau kan bangga menjadi datin,
serahkan diri lahir dan batin,

Suamimu kelak akan berbangga,
dirimu juga merasa lega,
menjadi istri cahaya sorga,
yang jaga diri jaga mahkota.

VIII
Bagi ananda telah terlanjur,
baiki diri jadilah jujur,
taubatnya diri jangan dikabur,
dengan berdusta atau menyadur.

Didepan jalan terbentang luas,
Robbul jalani Maha Mengawas,
istighfar jangan cepat berpuas,
sungguh dosamu akan terkuas.

Sungguh tiada manusia purna,
tak pernah salah tak pernah hina,
berbuat baik akan bermakna,
lurusnya diri taubat karena.

IX
Syair kubuat sambil tersedu,
dimalam sunyi tatkala sendu,
hanya pada-Mu hamba mengadu,
ungkap nasehat kata berpadu.

Wahai anakku para muslimah,
dunia ini tidaklah ramah,
dalam bergaul janganlah lemah,
niscaya engkau kan punya himmah.

waktu berlalu bagaikan pedang,
masa mudamu sedang terhidang,
setelah itu tua menghadang,
tiada berharga badan dipandang.

X
Syairku ini untuk pengingat,
supaya engkau dapat selamat,
hidup didunia mendapat rahmat,
terjaga diri salah berbuat.

Kepada engkau si bunga mekar,
ayah kirimkan pesan memancar,
agar imanmu selalu bersinar,
terjauh dari siksaan an-naar.

Syairku ini tamatlah sudah,
tenamkan kuat didalam dada,
peganglah ia walau tak mudah,
niscaya bahagia ayah dan bunda.

XI
PENUTUP
Diakhir kata kupinta maaf,
kalaulah salah kalaulah khilaf,
pada Ilahi ampun kuhadap,
moga pahala yang kan didapat.

Akhirul kata kuucap salam,
sebagai penutup goresan qolam,
berharap bangun larutnya malam,
Bersyukur kepada pemilik alam.

Inderalaya, 10 Syawal 1431

SYAIR UNTUK PEMUDA MUSLIM


oleh Hamdi Akhsan pada 23 September 2010 jam 19:40
PENDAHULUAN
I
Diawal syair menyebut Asma,
menghadap hamba insan yang lemah,
harapkan kelak jadi utama,
dalam kasih-Mu yang penuh rahmah.

Kukarang syair untuk anakku,
pemuda muslim yang aku tuju,
yang bersemangat sekeras batu,
yang takkan mundur seujung kuku.

Padamu semua ayah berpesan,
masa mudamu juang jadikan,
jauhi sifat malas-malasan,
jauhi pula jalannya syaitan.

II
Engkau bagaikan elang yang gagah,
terbangnya tinggi sampai angkasa,
matamnya tajam gentarkan rusa,
jiwamu kuat pantang menyerah.

Masa sekarang masa berjuang,
jangan jadikan sibuk berdendang,
hanya berfikir kumpulkan uang,
iman agama jangan terbuang.

Padamu ayah titip wasiat,
jauhkan diri dari maksiat,
agar jiwa dan ragamu kuat,
selalu perkasa setiap saat.

III
Nasehat pada para pemuda,
belajar keras diwaktu muda,
ilmu terekam bagaikan nada,
iman terpatri didalam dada.

Sewaktu muda hafalkan quran,
walaupun berat ada ukiran,
setelah tua hanya sesalan,
hafalan tiada yang terlekatkan.

Tanyalah pada umi dan abah,
nama orangpun kadang terubah,
ditanya tempat meraba-raba,
apalah lagi mau ditambah.

IV
Rajinlah engkau mengolah jasad,
agar badanmu sehat dan kuat,
matamu tajam berkilat-kilat,
larimu bagai kijang mencelat.

Berolah raga coba teratur,
biar fikiran tidak ngelantur,
ataupun rasa yang tak teratur,
tersentuh bantal langsung tertidur.

Banyak pemuda menjadi lemah,
fikiran sibuk dengan si imah,
tak sadar syaitan jadi serumah,
jadilah diri bagaikan remah.

V
Wahai anakku para pemuda,
pada dirimu ayah bermadah,
banyak berhayal jauhi sudah,
membuat lemah iman didada.

engkau bagaikan singa yang kekar,
Sibukkan diri dengan belajar,
kurangi waktu tuk berkelakar,
ataupun sibuk bercakar-cakar.

Dengan belajar ilmu bertambah,
dunia akherat wajib ditimba,
agar sempurna menjadi hamba,
bukan seperti lemahnya domba.

VI
Belajar engkau jadi pemimpin,
setelah kami engkau yang mungkin,
kalau ilmumu begitu miskin,
bagaimana nanti kami kan yakin?

Sebelum tiba masa dipuncak,
bekali diri secara rancak,
dunia akherat cari serentak,
agar pandangan tidaklah picak.

Anakku muda harapan kami,
padamu harap ayah bersemi,
tuk pelihara ayah dan umi,
serta serahkan rahmat dibumi.

VII
Janganlah sibuk dengan asmara,
terbuai nafsu yang menggelora,
semua membuat Allah kan marah,
karena Dia telah atur cara.

Banggakan kami dengan akhlakmu,
datanglah jantan bila bertamu,
jangan sembunyi untuk bertemu,
kami tak senang begitu caramu.

Muslimah itu titipan Allah,
bila kau rusak Dia kan bela,
walaupun mereka juga bersalah,
tetaplah engkau yang kan disula.

VIII
Jagalah muruah para muslimah,
pada mereka bergantung rahmah,
bila mereka tinggalkan rumah,
alamat sendi agama lemah.

Muslimah adalah sebuah perlambang,
teguh hatinya tak pernah bimbang,
kalaulah engkau lelaki pejuang,
dengannya pasti engkau seimbang.

Pemuda muslim izzahnya tinggi,
dipanggil jihad dia kan pergi,
pada yang lemah senang berbagi,
hidup tak takut dilanda rugi.

IX
Jadilah engkau putra garuda,
terbangmu tinggi belah angkasa,
sayapmu kekar gagah perkasa,
kukumu kuat tajam berbisa.

Dengan karunia Allah yang besar,
carilah mangsa yang besar-besar,
jangan seperti ayam bekisar,
semut dimakan cacing disasar.

Wahai anakku pemuda perkasa,
tegarlah engkau dilanda susah,
janganlah banyak berkeluh kesah,
karena waktumu hanya semasa.

X
Buatlah quran jadi senandung,
zikir istighfar sebagai kidung,
dengannya pasti engkau terlindung,
ilmu dan iman juga terkandung.

Wahai anakku pemuda gagah,
jadilah engkau pencinta surga.
dengan imanmu syaitan tercegah,
dengan serumu orang tergugah.

Pundakmu ada beban yang berat,
jaga agama dari berkarat,
jaga negeri dari pengerat,
jaga dirimu dunia aherat.

XI
PENUTUP
Pesan ayahanda akan berakhir,
namun hidupmu terus mengalir,
jagalah lidah panjanglah fikir,
dunia akherat engkau tak fakir.

Usia ayah menjelang senja,
sebentar lagi hadap Sang Raja,
wakau ini pesan bersahaja,
moga berguna dimana saja.

Terakhir doa ayah untukmu,
Semoga Allah jaga imanmu,
kuatkan jiwa dan ketegaranmu,
Semoga berjaya dunia akheratmu.

Wassalam

SYAIR ANAK YATIM DI HARI RAYA.

I
Dengarlah -dengar wahai ayahku,
rintihan anak yatim piatu,
hidup tiada tempar mengadu,
sering bersedih sepanjang waktu.

wahai ayahku semua muslim,
dengarlah rintih  si anak yatim,
hidup sendiri sepanjang musim,
hanyalah Allah yang Maha Rahim.

Inilah ratap bercampur tangis,
perih hatiku bagai teriris,
sedih dan papa telah terlukis,
sepanjang masa tak pernah habis.

Wahai ayahku mukmin semua,
mengapa ayah begitu tega,
lihat ananda bermuram durja,
menangis pilu diujung senja.

II
Ibuku mati ayahku hilang,
berkali sudah masa terbilang,
pilu hatiku bukan kepalang,
rindunya daku kasih dan sayang.

Puncaknya pedih di hari raya,
melihat anak gembira ria,
pergi ke mesjid bersama ayah,
berbaju baru bagus meriah.

Sedangkan aku duduk tergugu,
memakai baju koyak lamaku,
robek kujahit dengan tanganku,
itulah wujud hari rayaku..

III
anak yang lain kian kemari,
berjajan kue yang digemari,
kuteguk air liur sendiri,
tak ada tangan datang memberi.

Tawa dan canda dimana-mana,
kembang apipun terang merona,
melihat semua daku terpana,
sambil berdiri diujung sana.

Kadang tangisku sampai mengigil,
berharap Dia segera mengambil.
imanmu masih lemah dan labil,
menuduh Dia sudah tak adil.

IV
Kutahu ayah pernah berhikmah,
pelihara ananda tugas utama,
akan diberkati empat puluh rumah,
atas ketaatan pada agama.

Allahu robbi telah berfirman,
pendusta agama tidak beriman,
bila si yatim jadi tak aman,
neraka wail tempat ditahan.

Hamba bermohon kepada ayah,
anak yatim jangan disia,
di sorga dibalas satu rumah,
diberkati Allah sepanjang usia.

IV
Kadang liurku jatuh terlompat,
terbayang enaknya rasa ketupat,
dimakan dengan opor sekerat,
tapi semua hanya ibarat.

Kadangpun ada orang kasihan,
dibagi aku saat lebaran,
cukuplah agar tak penasaran,
sebagai obat untuk hiburan.

Kadang ayah tak kusalahkan,
harapan kami tak tersampaikan,
karena yatim berperasaan,
kalau ditolak jadi rintihan.

Inderalaya, 30-10-2010

SYAIR CURAHAN HATI SEORANG ANAK PADA IBUNDA.

Untaian syair ini merupakan manifestasi kecintaan seorang anak pada ibunya.Moga manfaat!

I
PENDAHULUAN

Ibunda...
Syair kutulis sambil tersedu,
pada ibunda ananda rindu,
ingin rasanya nanda mengadu,
diharibaanmu seperti dulu.

Kubuat syair ketika malam,
hati gemuruh mulut terdiam,
air mataku bagai disiram,
jantung berdebar berdentam-dentam.

Betapa berat sungguh terasa,
ketika jauh dari ibunda,
pahit getir serta gelisah,
bercampur satu didalam dada.

II
Betapa sering nanda teringat,
pelukan bunda begitu hangat,
kasih dan sayang teramat sangat,
kukuh bagaikan batu dipahat.

Teringat aku dimasa kecil,
ketika tubuh lemah dan mungil,
berdiripun nanda masih menggigil,
suara lembutmu sering memanggil.

Daku berlari datang padamu,
terentang lebar kedua tanganmu,
kaupeluk erat tubuh anakmu,
terkulai manja di pelukanmu.

III
Ketika daku mulai bermain,
tak lagi digendong memakai kain.
ibunda cemas bukan main,
lepaskan daku ke orang lain.

tapi ananda sering tak sadar,
cemasnya ibu sangat mendasar,
terjatuh aku lukanya lebar,
darah mengalir sampai menyebar.

Kau gendong ananda dengan cemas,
lari bagaikan harimau lepas,
kian kemari segala diawas,
agar anakmu segera waras.

IV
Ibunda...
Terkenang selalu pada ananda,
suatu ketika demam melanda,
kau peluk daku lekat didada,
seakan tak sanggup lepaskan sudah.

Dikau tak tidur sepanjang malam,
tetap berjaga dimalam kelam,
lantunkan doa sambil terdiam,
berharap nanda tak lagi demam.

Walau matamu terlihat letih,
badanmu capek jalan tertatih,
tiada keluhan tiada rintih,
demi anakmu yang masih putih.

V
Ketika daku beranjak besar,
ibunda bujuk agar belajar,
supaya kelak tidak kesasar,
atau hidupku tanpa dasar.

Kutahu engkau begitu sayang,
sedetikpun tiada waktu terbuang,
selalu berdoa dalam sembahyang.
supaya daku menjadi bintang.

Masa berlalu bagaikan pedang,
cerdas ananda mulai bekembang,
kutahu hatimu selalu bimbang,
lepaskan anakmu turun gelanggang.

VI
Tapi citaku membumbung tinggi,
dengan doamu ananda pergi,
merantau jauh ke bukit tinggi,
mobilnya siang sampainya pagi.

Kau lepas ananda berair mata,
selamat berharap ibunda pinta,
dilindungi Allah putra tercinta,
dimudahkan selalu menggapai cita.

setiap libur ananda pulang,
senang hatimu bukan kepalang,
buatkan ananda pindang tulang,
walaupun engkau tak punya uang.

VII
Kusayang  ibu yang sederhana,
bicara sedikit tapi bermakna,
menangis ananda sedih karena,
kecewakan ibu jauh disana.

kala kupulang engkau bertanya,
makan minumku saat disana,
cara bergaul sebagai kelana,
dan tempat kuliahku di padang sana.

Daku cerita apa adanya,
raut wajahmu kadang merona,
terkadang senyum ada disana,
terkadang cemas kala bertanya.

VIII
Ibunda...
Setiap pulang ibu menanti,
tapi ananda selalu amati,
baju ibunda tak ganti-ganti,
ataupun bertambah didalam peti.

Kalau teringat daku menangis,
ibu mencari dengan mengais,
cari rezeki bagai belibis,
kian kemari tak habis-habis.

Kau hemat hidup untuk kiriman,
biaya hidupku setiap bulan,
walaupun kurus akhirnya badan,
tapi semua rapi kau simpan.

IX
Ibunda...
Kutahu bunda begitu bangga,
dampak ananda saat wisuda,
walaupun ayah telah tiada,
ibunda pikul amanah sudah.

kau pendam dalam jiwa yang pilu,
karena ayah telah dahulu,
tak bisa hadir saat yang haru,
hantarkan anak sukses selalu.

Walau kuliahku sudah tamat,
engkau tak bosan beri nasehat,
mencari kerja haruslah giat,
kalaulah dapat hiduplah hemat.

X
Ketika jodoh ananda datang,
kuhadap bunda mohon ditimbang,
basah matamu kala memandang,
terbayang masa yang telah hilang.

Kutahu bunda merasa haru,
teringat saat kecil dahulu,
Puluhan tahun serasa baru,
ananda sudah memohon restu.

Kutahu bunda sering menangis,
karena harta semua telah habis,
untuk sekolah semua tak digubris,
mencari lagi bisa dirintis.

XI
Ketika ijab sudah kuucap,
kupeluk bunda sambil tiarap,
doa dipinta restu diharap,
kau ucap kata hampir meratap.

doa restu diseling sedan,
menahan tangis terguncang badan,
restu ikhlasmu nanda dapatkan,
ridhoi hidup sepanjang badan.

Mulailah hidup nanda yang baru,
engkau tak lelah dalam berseru,
istrimu bukan jadi seteru,
tapi bagaikan tebu dan buku.

XII
Ibunda...
Ketika daku berangkat pulang,
menengok ibu yang nanda sayang,
sampai dirumah petang menjelang,
senang hatimu bukan kepalang.

Kulihat raut mulai menua,
matamu cekung bahagian bawah,
jalan tertatih terlihat nyata,
menangis aku tiada berkata.

Kulihat engkau begitu bijak,
lamanya hidup bumi dipijak,
berbuat baik selalu kau ajak,
ketika kecil dahulu sejak.

XIII
Usia enam lima bunda berbilang,
masa yang dekat menjelang pulang,
tekad ananda alang-kepalang,
ke tanah suci bunda tersayang.

Bila teringat nanda menangis,
bersama bunda di tempat magis,
tadahkan tangis doa dirintis,
amal diterima dosapun habis.

airmatapun basah didada,
teringat ayah yang telah tiada,
bersama bunda tangan tengadah,
terhadap ayah Allah kan beri ridha.

XIV
Ibunda...
Jasamu sungguh tiada terkira,
kasih sayangmu seluas samudera,
cintamu memang tiada tara,
doamu mustajad membelah udara.

diusia ananda yang empat puluh,
kadang ananda masih mengeluh,
letihnya hidup memeras peluh,
tegarpun kadang hancur luluh.

Tapi ibunda manusia tegar,
nasehatmu membuat ananda segar,
ibu bagaikan sebuah pagar,
jaga ananda walaupun sukar.

XV
Ibunda...
kepada Allah nanda berdoa,
semoga bunda diberi sorga,
disayang Allah tiada terhingga,
seperti ketika pada ananda.

Dengan menangis kumohon maaf,
dimasa lalu banyak yang khilaf,
bakti padamu tidaklah lengkap,
dimasa tua menjelang sirap.

Kalaulah ananda pergi dahulu,
mohon ibunda ikhlas selalu,
capeknya bangun dimalam dalu,
bujuk ananda nangis selalu.

XVI
PENUTUP
Kalaulah ibu susul ayahanda,
lebih dahulu dari ananda,
sampaikan salam rindu kepada,
sosok yang tegar lagi perkasa.

Ibunda sayang ananda cinta,
diakhir syair nanda meminta,
sambil mengalir air mata,
saling ikhlaskan hendaknya kita.

diakhir malam kututup syair,
kasih ibunda selalu mengalir,
mengalir abadi  tiada akhir,
sampai fana jasad yang zahir.

Inderalaya, 29-09-2010
Hamba Allah
ananda


Hamdi akhsan.

Wednesday, September 1, 2010

conan

Shinichi Kudo adalah tokoh utama pada serial komik,anime / manga Detektif Conan (Meitantei Konan) yang berubah menjadi kecil dan mengganti namanya dengan Conan Edogawa. Pada Case Closed, nama Shinichi Kudo diubah menjadi Jimmy Kudo karena alasan pelafalan. Kisah Tokoh. Shinichi adalah seorang detektif terkenal yang masih duduk dibangku 2 SMU Teitan, dan telah memecahkan kasus sulit berkali-kali, sehingga dijuluki Penyelamat Kepolisian Jepang.
Ayah Shinichi, Yusaku Kudo, bekerja sebagai penulis novel terkenal. Salah satu novelnya adalah cerita mengenai kisah penjahat bertopeng dan berjubah hitam yang bernama Night Baron yang misterius. Ibu Shinichi, Yukiko Kudo, adalah seorang artis terkenal. Namun ia meninggalkan dunia artis setelah menikah dengan Yusaku. Kini, kedua orang tua Shinichi berada di Amerika.
Shinichi sangat menyukai novel detektif, salah satunya adalah Sherlock Holmes. Shinichi juga adalah pemain sepak bola yang sangat handal. Suatu hari, setelah Shinichi pulang dari Tropical Land bersama teman masa kecilnya, Ran Mouri, dia menyaksikan transaksi gelap yang dilakukan oleh pria berjubah hitam. Kemudian teman dari pelaku transaksi tersebut mendapati Shinichi dan membuatnya pingsan serta memberi racun yang masih dalam tahap percobaan, APTX 4869 agar Shinichi tutup mulut. Namun tanpa diketahui mereka, Shinichi tidak mati, melainkan tubuhnya jadi mengecil. Shinichi yang kebingungan meminta Professor Hiroshi Agasa untuk membantunya, namun disaat yang bersamaan, Ran yang mencemaskan Shinichi karena tiba-tiba menghilang datang dan menemukan Shinichi kecil. Ketika ditanya namanya, Shinichi terpojok dan melihat buku dibelakangnya, dengan penulis Sir Arthur Conan Doyle dan Edogawa Ranpo. Dengan cepat dia membuat nama untuk tubuh kecilnya, yaitu Conan Edogawa. (Nama yang aneh untuk orang jepang, karena lebih terdengar seperti orang asing).
Untuk menyembunyikan identitasnya, dia menumpang tinggal di kantor detektif Kogoro Mouri, ayah Ran. Dalam wujud Conan, selain membantu Kogoro, dia mencari informasi tentang kawanan komplotan laki-laki berjubah hitam yang telah mengubahnya menjadi kecil. Shinichi juga harus masuk SD Teitan, bekas SD Shinichi untuk mengelabui masyarakat. Dengan bantuan alat canggih dari Profesor Agasa, Shinichi diam-diam membantu Kogoro Mouri yang terlalu bodoh untuk memecahkan kasus yang sulit. Di SDnya, Conan bergabung dengan kelompok detektif cilik yang dibentuk oleh Genta Kojima, Ayumi Yoshida dan Mitsuhiko Tsuburaya. Belakangan, Ai Haibara juga ikut bergabung.
Alat-alat penemuan Prof. Agasa
Alat-alat buatan Profesor Agasa yang diberikan kepada Conan untuk menangkap penjahat maupun membantu menyelesaikan kasus yang ditanganinya, antara lain:
• Kaca mata pencari jejak
• Dasi kupu-kupu pengubah suara
• Jam tangan yang berisikan jarum bius
• Jam tangan yang berguna untuk menjadi senter
• Sepatu super untuk menendang benda dengan sangat keras
• Suspender elastis
• Sabuk pencipta bola yang mampu bertahan 10 detik
• Skateboard dengan tenaga surya
• Kacamata anti peluru (Muncul di Movie “The Last Wizard of the Century”)
• Badge Detektif atau HT khusus anggota detektif cilik
• Alat penyadap suara / alat pemancar
• Telepon berbentuk anting-anting
• Fax berbentuk kotak bekal (Lauk-pauknya juga asli)
Trivia
• Makanan kesukaan Shinichi adalah Pai Lemon.
• Olahraga kesukaan Shinichi adalah Sepak Bola.
• Terumi Hoshino, artis teman Yoko Okino adalah fans Shinichi.
Add caption
• Shinichi lahir pada tanggal 4 Mei.