Monday, January 23, 2017

STMJ (SHOLAT TERUS MAKSIAT JALAN)


Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata :
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرَقَ قَالَ إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُولُ
Seorang laki-laki mendatangi Nabi SAW dan berkata, ‘Sesungguhnya si Fulan itu shalat di malam hari, tetapi di waktu pagi dia mencuri.’ Nabi SAW bersabda: ‘Sesungguhnya shalatnya itu akan menahan dirinya dari apa yang engkau katakan”. [HR Ahmad]
_Catatan Alvers_
Fenomena STMJ (Sholat Terus, Maksiat Jalan) acap kali kita temui dalam realita di masyarakat. Seseorang yang rajin shalat hingga jidatnya hitam namun ia suka berkata-kata kotor, menggunjing bahkan melakukan kemaksiatan yang lain yang tak pantas dilakukan oleh seorang muslim yang rajin shalat. Lantas timbullah pertanyaan di benak masyarakat akan hal ini. Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Sungguh dua hal yang sangat kontras! Bukankah Allah SWT berfirman :
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. [QS Al-‘Ankabut: 45]
Fenomena STMJ (Sholat Terus, Maksiat Jalan) ini tidak hanya terjadi sekarang, bahkan di zaman Nabipun telah terjadi sebagaimana hadits utama di atas. “Sesungguhnya si Fulan itu shalat di malam hari, tetapi di waktu pagi dia mencuri.” Lantas, dimanakah letak kesalahannya? Bukankah Firman Allah SWt adalah benar adanya?.
Alvers, memang demikianlah teori dan prakteknya. Jauh panggang dari api. Menanggapi permasalahan ini, Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas RA berkata:
في الصلاة منتهى ومزدجر عن معاصي الله، فمن لم تأمره صلاته بالمعروف، ولم تنهه عن المنكر، لم يزدد بصلاته من الله إلا بعدًا.
“Di dalam shalat terdapat sesuatu yang dapat menahan dan mencegah seseorang dari perbuatan maksiat. Barang siapa yang shalatnya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan ma’ruf (yang baik) dan tidak melarangnya dari perbuatan mungkar, maka dia hanya membuat dirinya semakin jauh dari Allah dengan shalat tersebut. [Tafsir Al-Baghawi]
Al-Qatadah dan Al-Hasan RA berkata:
من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر فصلاته وبال عليه
“Barang siapa yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka shalatnya tersebut menjadi perusak dirinya.” [Tafsir Al-Baghawi]
Namun demikian orang yang terkena Fenomena STMJ (Sholat Terus, Maksiat Jalan) ini tidak boleh berputus asa untuk melakukan sholat. Janganlah berhenti sholat karena ia belum bisa meninggalkan maksiat. Justru dengan sholatnya insyaAllah sebagaimana hadits utama di atas, suatu saat yang dikehendaki Allah ia akan berhenti dari perbuatan maksiatnya. Bukankah Nabi bersabda : ‘Sesungguhnya shalatnya itu akan menahan dirinya dari apa yang engkau katakan”
Di sisi lain ia harus introspeksi, apakah shalatnya telah dilakukannya dengan baik dan benar, ataukah sholatnya hanya gerakan badan dan bibir saja sehingga tak ubahnya ia tidak dihukumi sebagai orang yang shalat?. Abul Aliyah Ar-Riyahi Al-Bashri (w.93 H), seorang mufassir ternama yang dahulu menemui zaman Nabi namun baru masuk islam pada masa Abu bakar RA. mengatakan:
إن الصلاة فيها ثلاث خصال فكل صلاة لا يكون فيها شيء من هذه الخلال فليست بصلاة: الإخلاص والخشية وذكر الله. فالإخلاص يأمره بالمعروف، والخشية تنهاه عن المنكر، وذكر القرآن يأمره وينهاه.
“Sesungguhnya di dalam shalat terdapat tiga hal. Setiap shalat yang tidak terdapat satu hal saja dari ketiga hal ini maka dia bukanlah shalat, yaitu: keikhlasan, rasa takut dan mengingat Allah. Keikhlasan akan menyuruhnya untuk berbuat kema’ruufan, ketakutannya kepada Allah akan melarangnya dari perbuatan mungkar dan dzikir-nya dengan membaca Al-Qur’an akan menyuruh dan melarangnya.” [Tafsir Ibnu Katsir]
Tiga kata kunci; keikhlasan, rasa takut dan mengingat Allah inilah yang dapat mempengaruhi keberadaan shalat seseorang sebagai pencegah dari kemaksiatan. Seyognyanya orang yang terkena Fenomena STMJ (Sholat Terus, Maksiat Jalan) memeriksa tiga perkara tersebut dalam shalatnya.
Tiga kata kunci; keikhlasan, rasa takut dan mengingat Allah ini jika dihayati maka juga akan menjadi penentu seseorang jauh dari kemaksiatan dalam kehidupannya. Ibnu Qudamah dalam at-Tawwabin menceritakan bahwa terdapat seorang laki-laki ahli maksiat menghadap Ibrahim bin Adham Al-Balkhi(100 H –165 H) untuk mengadukan masalahnya. Ia bekata : “Sungguh, aku telah terjerumus dalam kemaksiatan. Tolong berikan aku nasehat yang dapat menyelamatkan hatiku dari kemaksiatan dan menjauhkan aku darinya.”
Ibrahim bin Adham berkata kepadanya: “Jika engkau mampu melakukan lima hal berikut, maka engkau tidak dilarang melakukan maksiat.” Ibrahim bin Adham berkata:
أما الأولى فإذا أردت أن تعصي الله عز وجل فلا تأكل رزقه
“Pertama, ketika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah SWT, maka janganlah engkau makan sedikit pun dari rezeki-Nya.”
Lelaki tersebut kemudian berkata: “Lalu dari mana aku makan? Bukankah semua rezeki berasal dari sisi Allah SWT?” Ibrahim berkata, “Lalu pantaskah engkau makan rezeki-Nya dan engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang kedua, wahai Ibrahim!”
وإذا أردت أن تعصيه فلا تسكن شيئاً من بلاده
“Kedua, jika engkau hendak berbuat maksiat, maka janganlah engkau tinggal di bumi-Nya.”
Lelaki tersebut berkata: “waduh, ini lebih berat dari yang pertama, Bukankah setiap bagian bumi ini dari ujung timur sampai ujung barat adalah milik Allah SWT. Maka dimana aku akan tinggal?” Ibrahim berkata kepadanya: “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau makan dari rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya namun engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang ketiga, wahai Ibrahim!”
إذا أردت أن تعصيه وأنت تحت رزقه وفي بلاده فانظر موضعاً لا يراك فيه مبارزاً له فاعصه فيه
“Ketiga, jika engkau hendak berbuat maksiat padahal engkau makan dari rezeki-Allah dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat di mana Allah SWT tidak dapat melihatmu, lalu berbuatlah maksiat di tempat itu!”
Lelaki tadi berkata, “Bagaimana ini, Bukankah Allah mengetahui hal-hal rahasia (dan yang lebih tersembunyi). Ibrahim berkata: “Jika demikian, pantaskah engkau makan dari rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya namun engkau berbuat maksiat di tempat yang dilihat oleh-Nya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang keempat, wahai Ibrahim!”
إذا جاءك ملك الموت ليقبض روحك فقل له: أخرني حتى أتوب توبة نصوحاً وأعمل لله عملاً صالحاً
“Keempat, jika malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu, maka katakanlah padanya, ‘Tundalah kematianku hingga aku bertaubat dengan taubatan nashuha dan aku beramal shalih karena Allah!’ Lelaki tersebut berkata: “Dia pastilah tidak menuruti permintaanku!. Ibrahim bin Adham menjelaskan: “Jika engkau tidak bisa menolaknya, maka bagaimana engkau akan selamat?”
Dia berkata : “Iya. Lalu apa yang kelima wahai Ibrahim?”
إذا جاءتك الزبانية يوم القيامة ليأخذونك إلى النار فلا تذهب معهم
“Kelima, apabila malaikat Zabaniyah (malaikat adzab) mendatangimu untuk menyeretmu ke neraka, maka janganlah engkau ikut mereka.
Lelaki itu menjawab: “Tentulah mereka tidak akan membiarkan aku”. Ibrahim berkata : “Lantas, bagaimana engkau berharap akan selamat?”
Lalu dia berkata : “Cukup, Cukup, Ibrahim. Aku memohon ampun kepada Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya”. Akhirnya lelaki tersebut istiqamah beribadah sampai meninggal dunia.” [at-Tawwabin] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita istiqamah menjalankan shalat dan menjauhi semua maksiat.

Monday, January 9, 2017

POLA MAKAN ISLAMI


Diriwayatkan dari Miqdan bin Ma’di Kariba RA, Rasulullah bersabda:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
"Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan" [HR Ibnu Majah]
Catatan Alvers
Islam sebagai agama yang bersumber dari sang pencipta manusia bahkan alam semesta, memberikan ajaran holistik yang meliputi segala sendi kehidupan dan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Islam tidak hanya mengurus ibadah dan amal shalih akan tetapi islam juga memperhatikan urusan makan dan makanan. Bahkan urusan makanan lebih didahulukan daripada urusan amal shalih. Hal ini dikarenakan urusan makanan dalam islam tidak hanya urusan dunia tapi ia juga merupakan urusan akhirat.
Al-Ghazali menceritakan perihal dua orang yang bersahabat dalam jangka waktu yang lama, yakni Yahya bin ma’in (158 – 233) dan Ahmad ibnu hanbal (164 - 241 H). Namun suatu ketika Ahmad menjauhi Yahya karena ucapannya mengenai makanan, yaitu:
إني لا أسأل أحدا شيئا، ولو أعطاني الشيطان شيئا لأكلته
“Aku tidak pernah meminta makanan apapun dari seseorang namun jika aku diberi suatu makanan oleh syetan maka aku akan memakannya”.
Merasa ada yang salah dengan ucapannya, Yahya akhirnya meminta maaf kepada sahabatnya dan ia beralasan bahwa ucapannya itu hanya gurauan saja. Ahmad berkata : “Apakah kau bersenda gurau dalam urusan agama? Tahukah kau bahwa urusan makan itu lebih didahulukan oleh Allah daripada amal shalih? Lihat firman Allah :
كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih [QS Al-Mu’minun : 51]
(dengan mendahulukan perintah makan barulah kemudian perintah mengerjakan amal shalih). Dan dalam khabar disebutkan :
أنه مكتوب في التوراة: " من لم يبالي من أين مطعمه لم يبالي الله من أي أبواب النيران أدخله
Sesungguhnya dalam kitab taurat disebutkan “barang siapa yang tidak memperhatikan dari mana makanannya maka Allah tidak akan memperhatikannya dari pintu mana ia akan dimasukkan ke neraka”. [Ihya Ulumuddin]
Dalam riwayat lain disebutkan :
والذي نفس محمد بيده ، إن العبد ليقذف اللقمة الحرام في جوفه ما يتقبل منه عمل أربعين يوما ، وأيما عبد نبت لحمه من السحت والربا فالنار أولى به
Demi Allah, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak baginya.” [HR Thabrani]
Berbicara mengenai Pola Makan (Food Pattern) dalam ajaran islam maka pertama kali yang diperhatikan adalah mengenai status makanan yakni halal haramnya barulah kemudian membicarakan makanan bergizi dan pola mengkonsumsinya. Hal ini dikarenakan Allah swt mengedepankan kata halalan daripada pada kalimat thayyiban dalam firman-Nya :
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu[QS Al-Maidah : 88]
Makanan dikatakan halal jika memenuhi tiga kriteria, yaitu halal zatnya, halal cara memperolenya, dan halal cara pengolahannya. (1) Halal zatnya maksudnya makanan tersebut telah di tetapkan kehalalannya dalam al-qur’an dan al-hadist seperti daging sapi, apel, kurma, kopi dll. (2) Halal cara pengolahannya seperti disembelih dengan cara syar’i dan dicampur dengan bumbu yang berasal dari makanan yang haram seperti minyak babi dll. (3) Halal cara memperolehnya, yakni makanan yang diperoleh atau dimiliki dengan cara yang baik dan sah seperti makanan didapat dengan cara membeli, diberi hadiah, bukan dengan cara mencuri, merampas dll.
Selanjutnya, makanan yang dikonsumsi haruslah thayyiban yang arti letterlijknya adalah baik. Ibnu Katsir menafsiri kata thayyiban dengan :
مستطابا في نفسه غير ضار للأبدان ولا للعقول
Makanan yang baik secara dzatiahnya (bergizi), tidak membahayakan kesehatan fisik maupun akan pikiran. [Tafsir Ibnu Katsir]
Makanan yang halal seperti daging, gula, kacang boleh jadi tidak thayyiban bagi penderita darah tinggi, diabetes dan asam urat. Meskipun pada dasarnya semua jenis makanan itu dibutuhkan oleh tubuh namun karena kadar yang sudah berlebihan maka hal itu akan menjadikan efek negatif. Petatah barat mengatakan “You Are What You Eat” (Anda adalah apa yang Anda makan). Harits bin Kaldah berkata :
المعدة بيت الداء، والحمية رأس الدواء
Perut adalah rumah penyakit sedang tidakan pencegahan (preventif) adalah obat yang paling utama.
الذي قتل البرية، وأهلك السباع في البرية، إدخال الطعام على الطعام قبل الإنهضام.
Yang membuat manusia meninggal, dan menjadikan biantang buas mati di daratan adalah memasukkan makanan di atas makanan sebelum makanan itu tercerna dengan baik (kekeyangan).
Dan penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut akan menyebabkan datangnya bermacam-macam penyakit. Dari sinilah, pola makan islami selanjutnya adalah tidak berlebihan. Allah swt berfirman :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, kenakan pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang belebih-lebihan.” [QS Al A’raf : 31]
Secara maksimal, pola makan adalah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan sebagaimana hadits utama di atas.
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengomentari hadits utama diatas dengan mengatakan bahwa hadits tersebut merupakan pokok yang mengumpulkan semua dasar-dasar kedokteran. Yahya Ibnu masawaih (777 – 857 M) dokter ternama khilafah abbasiyah ketika membaca hadits utama tersebut berkata:
لو استعملَ الناسُ هذه الكلمات ، سَلِموا مِنَ الأمراض والأسقام ، ولتعطَّلت المارستانات ودكاكين الصيادلة
Seandainya semua orang mengamalkan hadits ini maka mereka akan selamat dari berbagai penyakit sehingga rumah sakit dan toko obat (apotek) akan sepi. [Jami’ul Ulum Wal Hikam]
Makan atau dalam keadaan kenyang dalam sesekali waktu diperbolehkan jika tidak dijadikan suatu kebiasaan. Suatu ketika Rasul membagi-bagikan minuman susu kepada seluruh Ahlush Shuffah hingga menreka semua kenyang. Lalu Beliau memandangku sambil tersenyum dan bersabda,”Wahai, Abu Hirr! Tinggal aku dan kamu (yang belum minum). Aku menjawab, “Benar wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Duduk dan minumlah.” Akupun duduk dan meminumnya. Lalu Beliau SAW. bersabda lagi,”Minumlah,” lalu aku minum. Beliau terus memerintahkan kepadaku minum, sehingga aku berkata,
لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَجِدُ لَهُ مَسْلَكًا
”Cukup. Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak lagi aku dapati tempat untuk minuman dalam tubuhku”.
Beliau bersabda,”Berikanlah kepadaku,” aku pun menyerahkan gelas tadi, kemudian Beliau SAW memuji Allah dan meminum susu yang tersisa. [HR Bukhari]
Rupanya inilah semua kunci kesehatan Nabi dan para sahabat saat itu yang mestinya kita teladani. Burhanuddin al-halabi menceritakan bahwa Seorang Muqauqis (pembesar mesir) mengirim hadiah dan (termasuk didalamnya) seorang dokter. Rasul berkata kepada dokter tersebut :
ارجع إلى أهلك نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا لا نشبع
Pergilah ke keluargamu karena kami adalah kaum yang tidak makan kecuali dalam keadaan lapar dan jika makan maka kami tidak sampai kenyang.[Sirah Halabiyah]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk meneladani uswah beliau dalam pola makan sehingga kita selamat dunia akhirat.
copy: alvers

Friday, January 6, 2017

Syair Poligami

I
Inilah madah seorang insan,
tentang perkara sepanjang zaman,
kalau dibahas bikin tak nyaman,
menjadi olokan sesama teman.

Poligami terkenal nama sebutan,
ada sembunyi ada yang pamitan,
menjadi sumber godaan syaitan,
Tatkala suami jadi rebutan.

Kalaulah memang bisa adilkan,
bersyukur tentu orang dapatkan,
tetapi susah untuk lakukan,
rebutan selalu yang dikerjakan.

II
hai...hai...
Kalau lelaki bicara ini,
menoleh dulu kesana sini,
biar tidak didengar bini,
kepala benjol sebesar kuwini.

Ada juga yang sok berani,
pastilah banyak tak disenangi,
padahal dirumah tidak begini,
takutnya...sungguh si suami.

Ada yang anggap sebagai seni,
mumpung hidup dang dijalani,
kalaulah sudah ditelan bumi,
tak mungkin bisa berpoligami.

III
Kata ini dibenci wanita,
menjadi sumber datanng sengketa.
membuat perang kata-kata,
atau mengalir air mata.

Kaum wanita pasti tak suka,
walau ditutup hati yang duka,
kadang berpura-pura tak luka,
padahal hancur batin mereka.

Lahir pula buruk sangka,
omongan dukun sangat disuka,
banyaklah kerja diterka-terka,
membuat suasana bagai neraka.

IV
Kaum lelaki memakai dalil,
agama boleh kalaulah adil,
tapi wanita akan menjebil,
karena yang cantik pasti diambil.

Apalagi sudah bermobil,
berdasi pula pabila tampil,
gaya elegan tak lagi dekil,
banyak yang naksir tinggal diambil.

Hai...hai, kaum lelaki mari terpanggil,
poligami bukanlah kecil,
kalau tak dapat berbuat adil,
pastilah susah didepan Izrail.

V
Baiknya banyak bertanya dulu,
jangan terabas tak pandang bulu,
takutnya nanti berakhir pilu,
nangis sendiri dimalam dalu.

Sekarang bukan zaman dahulu,
perempuannya nurut selalu,
kalau hatinya tersayat sembilu,
nyawapun akan bisa berlalu.

Kalaulah tidak begitu perlu,
ataukah sudah siapkan malu,
suara miring bak angin lalu,
silahkan saja jadi pelaku.

VI
Fikirlah betul sebelum bertindak,
kalau tak benar korbannya anak,
yang sudah ada kan jadi retak,
semua kan bubar dengan serentak.

Tegaklah diri sebagai bapak,
supaya benar posisi letak,
supaya kelak jangan tersentak,
setelah tua anak memberontak.

Janganlah malas memutar otak,
karena dua pundinya kotak,
sesuai perlu nafkah ditetak,
supaya keluarga jangan retak.

VII
Bagi mereka yang sudah jadi,
bekerja keraslah petang dan pagi,
jagalah betul baiknya budi,
supaya kuat himpunan lidi.

Perlulah pula banyak ibadah,
beristri banyak sungguh tak mudah,
beristri satu sering berbeda,
apalah lagi jumlahnya ganda.

Madahku berhenti  sampai disini,
pendapat pribadi sebagai seni,
kuakui bukan pria berani,
tuk jalani hidup berpoligami.

karya:
Pak Hamdi ahsan