Tuesday, October 26, 2010

SYAIR ANAK RANTAU


Oleh : Hamdi Akhsan
Walaupun keadaan dunia sudah berganti,teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi barang yang lazim,namun substansi merantau tetap relevan untuk kaum muda yang bertekad merubah nasib.Kesedihan,penderitaan,perjuangan yang keras dan pantang menyerah,kegagalan, kesuksesan menjadi bahagian yang utuh dalam proses perjalanan hidup mereka. moga manfaat!

PENDAHULUAN
I
Syair ditulis di suatu masa,
curahan hati resah gelisah,
lalui hidup senang dan susah,
sampai kelak badan binasa.

Inilah kisah si anak rantau,
yang pergi jauh seberangi pulau,
telan sendiri segenap galau,
di musim hujan atau kemarau.

Kisahku ini untuk kiasan,
menggores dalam sangat berkesan,
didalam terkandung hikmah dan pesan,
dalam hadapi semua urusan.

II
Merubah nasib tekad semula,
siang dan malam dalam kepala,
tinggalkan rumah serta segala,
ayah dan bunda tinggalkan pula,

Ayah dan bunda dimohon izin,
doa dipinta sukses diyakin,
para tetangga dipamit mungkin,
tinggalkan rumah dekat semakin.

Pergi sendiri tinggalkan bunda,
tekad telah kuat didalam dada,
mimpi dirajut cita direnda,
berharap sukses kelak ananda.

III
Ternyata rantau tidaklah mudah,
tak boleh diri menepuk dada,
berkata juga harus menrendah,
kalaulah tidak susahlah sudah.

Induk semangpun harus dicari,
kalau menyewa tak mampu diri,
banyaklah tempat yang ditawari,
tapi semua bayar sendiri.

Ternyata masih orang yang baik,
mau sediakan tempat sebilik,
walaupun kecil dan tidak apik,
tapi syukurlah tak jadi balik.

IV
teringat pesan ayah dan bunda,
ringanlah tangan hati merendah,
rajin bekerja janganlah mandah,
berat tumpangan kalau mau pindah.

Kadang air mata mengalir,
orang cemberut kita berdesir,
orang diampun kita berfikir,
apakah nanti akan diusir.

Betapa berat hidup menumpang,
segala laku harus ditimbang,
tak boleh bicara dengan serampang,
atau berkata bernada sumbang.

V
cita yang ada tetap terpendam,
jalan didepan masihlah kelam,
bagaikan gelap diwaktu malam,
masih di dalam laut terdalam.

Kekanan kiri mulai bersanja,
mencari tempat untuk bekerja,
tak apa kecil  dan bersahaja,
yang penting tidak menganggur saja.

Ternyata sabar harus ditambah,
kerja yang bagus sangat didamba,
tapi semua orang berlomba,
nihil hasilnya setelah dicoba.

VI
Inilah pedih si anak rantau,
jalan didepan serasa galau,
dibawah terik matapun silau,
haus menyengat saat kemarau.

kerja yang bagus tak dapat bakal,
uang yang ada dibuat modal,
dagang asongan dipinggir pangkal,
kadangpun pindah dalam terminal.

Kerja begini terasa pahit,
untungpun selalu sangat sedikit,
makanpun harus sangat mengirit.
hujan dan panas tak boleh sakit.

VII
Kadang tak sadar ratapi diri,
untung berdagang makan sehari,
tuk makan besok harus dicari,
dibawah panas terik berlari.

sering teringat ayah dan bunda,
tiada kabar tiada berita,
ingin pulang tiada biaya,
ingin berkirim uang tak ada.

Betapa sering munculnya sesal,
meangapa tidak pulang ke asal,
hidup bertani bekerja misal,
walau sedikit dapat dibekal.

VIII
Waktu berlalu tiada terbayang,
modalpun sudah habis melayang,
pakaian tinggal untuk sembahyang,
tinggalah sedih badan sebatang.

Inilah kisah yang sangat sedih,
didalam sunyi daku merintih,
karena salah jalan dipilih,
menyesal diri tak bisa pulih.

Kutulis kisah agar berhikmah,
supaya tidak menjadi lemah,
walaupun hidup tak punya rumah,
tetap dijaga diri berhimmah.

IX
Kepada mereka yang akan pergi,
hamba berpesan fikirkan lagi,
kalau sekolah tidaklah tinggi,
tak akan kerja dapat terbagi.

Baiklah engkau tetap di desa,
hidup bertani sudah biasa,
kerja terhormat serta berjasa,
memberi makan sesama manusia.

Hidup dikampung tidaklah hina,
silaturahmi hangat disana,
orang-orangnya sangat bijaksana,
dapat bahagia kita karena.

X
Tetapi kalau tekadmu kuat,
sekolah tinggi harus kau dapat,
terampil engkau untuk berbuat,
niscaya sukses akan dipahat.

Bagi sahabat sudah berhasil,
ingatlah selalu kampung yang kecil,
ratapan bunda terus memanggil,
kala dirinya mulai menggigil.

Janganlah lupa untuk berbagi,
nasib bagaikan si roda gigi,
kadang di atas dibawah lagi,
kadang ia datang kemudian pergi.

Jangan diri menjadi sombong,
karena Allah jua menolong,
ingatlah dulu masih dikolong,
hanya punya baju sepotong.

XI
walaupun sebagian gagal di kota,
kepada Allah tetap dipinta,
dijaga walau hidup melata,
jauhkan dari haramnya harta.

Jadikan ini tuk pelajaran,
bagi yang masih penasaran,
kalaulah boleh kuberi saran,
pada keluarga beserta jiran.

Syairku ini sampai diakhir,
airmataku masih mengalir,
hujan dan panas terus bergulir,
sampai taqdirku akan berakhir.

Inderalaya, 12 Oktober 2010
Hamba Allah

SYAIR TAUBAT




Oleh
Hamdi Akhsan

Syair ini merupakan rangkaian rasa Mahabbah seorang hamba pada Khalik-nya dan manifestasi atas kekurangan diri sendiri. Dalam perjalanan hidup seorang hamba tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Semoga syair ini mengurangi keresahan seorang sahabat ataupun bagi yang lainnya. Selamat menikmati! 

I
Dengan Bismillah syair dibuka,
curahan hati yang sedang duka,
mengingat iman sedang terluka,
takut hamba pada neraka.

Hamba-Mu ini bergelimang dosa,
hanya menangis yang aku bisa,
terkadang hampir  berputus asa,
Ampuni hamba...wahai yang Maha Perkasa.

Bukanlah taqdir yang hamba ratap,
tetapi diri yang tiada mantap,
imanpun kadang goyah dan tetap,
terkadang lalai sampai tersilap.

II
Diri hamba-Mu sangatlah rapuh,
terhadap Engkau belumlah patuh,
dicoba sedikit merasa rusuh,
dicoba banyak imanpun runtuh.

Hati kecil telah berkata,
ketika maksiat didepan mata,
ketika suka dengan yang cinta,
benteng di badan menjadi patah.

Bukannya hamba tidak menyesal,
terhadap diri yang masih bebal,
terhadap nafsu yang masih nakal,
ya Allah...sungguh sedikit hamba punya bekal.

III
Kala bertemu orang yang tekun,
betapa ingin hamba dituntun,
supaya tak lagi imanku turun,
senangi sunnah lengkapi rukun.

Tapi mengapa diriku lemah,
serasa diri tiada himmah,
ibadah yang ada rasa percuma,
karena mengulang dosa yang sama.

Ingin hamba sujud tiarap,
bermohon hamba sambil meratap,
iman didiri jagalah tetap,
istiqamahlah hamba bersikap.

IV
Ketika umur sudah bertambah,
maksiat diri belum berubah,
terhadap goda tak juga tabah,
terhadap Allah kurang menyembah.

Beratnya hidup dizaman ini,
maksiat ada disana sini,
karena si rina atau si rini,
atapun si Dana juga si Deni.

Godaan syahwat yang paling besar,
karena cinta kami kesasar,
mengumbar nafsu yang paling liar,
terjerambat ke sumur yang tanpa dasar.

V
Betapa sering hati merintih,
melihat rambut telah memutih,
ibadah wajib masih tertatih,
senang maksiat diri pun masih.

Kepada Engkau hamba meminta,
bimbinglah hamba sepenuh cinta,
agar mata tak lagi buta,
kelak dikubur tiada terlunta.

Wahai Ilahi yang Maha Ghafur,
menangis hamba sujud tersunggur,
ampuni hamba yang tak bersyukur,
atas nikmat-Mu yang tak terukur.

VI
Mata hambapun mulai rabun,
tubuh menggigil dinginnya embun,
saat gemetar ingin dituntun,
Menangis hamba wahai yang Maha Pengampun.

Ibadah hamba sangat sedikit,
dihati hamba penuh penyakit,
marah ketika dicoba sakit,
Ya Allah,ampuni hamba di hari Bangkit.

Hamba memohon sambil berbisik,
ampuni hamba yang banyak menghardik,
marah ke anak tidak mendidik,
dunia hanya yang selalu dibidik.

VII
Waktu hamba tinggal sedikit,
tubuh yang rapuh banyak penyakit,
dosa ditanggung sebesar bukit,
sungguh ya Allah...siksa kubur-Mu sakit.

Hamba-Mu ini ingin bertaubat,
sifat yang liar bercampur jahat,
atas prilaku yang sering bejat,
pada-Mu jua hamba berhajat.

Betapa ingin hamba meraung,
sesali dosa sebesar gunung,
takuti siksa yang tak tertanggung,
Ya Allah,jadikan hamba orang beruntung.

VIII
Didalam sunyi hamba menggigil,
takutkan bila Engkau memanggil,
malaikat datang nyawa diambil,
sungguh nyali hamba sangat kecil.

Terbayang mereka yang telah dahulu,
dikubur orang jauh dihulu,
tiada pembela seperti dulu,
ketika pejabat atau penghulu.

Dikubur kelak dimakan ulat,
Mata yang indah terjulat-julat,
runtuhlah daging setiap kerat,
tinggallah tulang tiada urat.

IX
Tak sanggup hamba lanjutkan syair,
airmata pun mulai mengalir,
hanyalah doa bisa kuukir,
Ampuni hamba Ya Allah di Yaumil Akhir.

Inderalaya, 14 Oktober 2010
Hamba Allah

SYAIR NARKOBA




Oleh : Hamdi Akhsan

Betapa besar bahaya narkoba yang digunakan sebagai senjata untuk memerangi kebangkitan sebuah bangsa. Berikut Narasi pendek tentang narkoba dan bahayanya. Moga manfaat!

I
Tubuh terkulai berbalut tulang,
sinar matanya sudah menghilang,
hayalnya tinggi bukan kepalang,
serasa diri bak hulubalang.

Bunda menangis tiada perduli,
segala dijual untuk membeli,
baik yang palsu atau yang asli,
untuk makanpun tiada lagi.

Tanggungjawabnya jadi terlantar,
berbohong jadi semakin pintar,
kalau bekerja tahan sebentar,
diberi tugas tak kelar-kelar.

II
Terkenal nama si daun ganja,
Banyak dihisap para remaja,
jadilah ia malas dan manja,
kerjanya hanya tiduran saja.

Ketika ganja telah mencandu,
berubah ia dari dahulu,
kalau bekerja pusing melulu,
sendi-sendipun terasa ngilu.

Kalaulah ia sudah menghisap,
pandangan mata indah menatap,
suara terdengar terasa sedap,
tak tahu ia sudah terjerambap.

III
Ada pula narkoba cair,
Heroin disuntik ia mengalir,
kedalam darah bagaikan sihir,
membuat semangat hidup terkilir.

Kalaulah sudah suntik heroin,
Seribu persen kitapun yakin,
iman agama pastilah miskin,
orangtuanya kan diporotin.

Harta yang ada pastilah habis,
dipakai untuk senangkan iblis,
badan kan kurus dada menipis,
nafaspun sesak kembang kempis.

IV
Belumlah lagi kalau tertangkap,
segala salah jadi terungkap,
dapatlah ia hukuman kakap,
tinggal dipenjara dalam perangkap.

Semua keluarga kan jadi susah,
harta yang ada habis binasa,
ayah dan ibu malu luarbiasa,
tersiksa badan mulut berbusa.

Jangan mendekat bahan narkoba,
kalau tak kuat nanti mencoba,
setelah mencoba pasti menambah,
Syaitan kan senang kalau disembah.

V
Bahaya lagi jenisnya sabu,
kerak kokain sudahlah tentu,
membuat semangat selalu lesu,
sendi pun sakit dan kaku-kaku.

Kalaulah pernah merasa sakau,
dunia ini indah memukau,
tak tahu kalau fikirannya kacau,
bicara juga kadang meracau.

Karena sabu sarafnya rusak,
nafaspun kadang menjadi sesak,
kalau ia ingin pasti mendesak.
gelisah ia ditambah lasak,

VI
Lain pula jenis ekstasi,
dibuat dari bahan imitasi,
dipakai dokter tuk mengatasi,
supaya yang gila tak dirantai besi.

ekstasi obat penyakit jiwa,
supaya emosi tidak terbawa,
orang yang stress bisa tertawa,
orang yang ngamuk bisa dibawa.

Kalau dipakai orang yang waras,
otaknya pasti akan mengeras,
membumbung hayal nampak di paras,
tapi kesehatan diri akan terperas.

VII
Pencandu selalu miliki ciri,
hepatitis ada  didalam diri,
itu bagaikan sidiknya jari,
dari Allah yang Maha Pemberi.

Wahai anakku harapan kami,
dengarlah nasehat ayah dan umi.
engkau bagaikan bunga bersemi,
bagaikan elang diangkasa bumi.

Kalaulah engkau kena narkoba,
jiwa mu pasti akan berubah,
tingkah lakumu akan gegabah,
sungguh!...bagi kami itu musibah.

VIII
Hidupmu akan tiada guna,
menjadi beban kami karena,
selama hidup engkau merana,
kamipun menderita di alam sana.

Jadilah engkau putra sang elang,
gagah dan pintar sungguh cemerlang,
cahaya imanmu gilang gemilang,
sungguh bahagia kami saat berpulang.

Bagi dirimu sudah terlanjur,
nasipun sudah menjadi bubur,
mulailah ke depan langkah teratur,
bergaulah dengan orang baik dan jujur.

IX
Jangan berteman dengan pencandu,
engkau kan pasti tergoda tentu,
dengarlah nasehat kami selalu,
sebelum engkau menyesal tersedu.

Banggakan kami dengan prestasi,
otak yang pintar serta berisi,
prinsip yang kuat sekokoh besi,
sebagai pelopor di generasi.

Janganlah banyak berhura-hura,
bersenang-senang supaya gembira,
tantanganmu bagai api membara,
siapkan diri cepat dan segera.

PENUTUP
diakhir syair kami doakan,
jadilah dirimu yang dibanggakan,
narkoba dan maksiat segera jauhkan,
Iman dan Ilmu segera kejarkan.

Inderalaya, 15 Oktober 2010
Hamba Allah

SYAIR KERAJAAN LEBAH




Oleh
Hamdi Akhsan

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir. (Surah An Nahl ayat 68-69)

I
Inilah sebuah kisah yang indah,
rangkaian cerita kerajaan lebah,
berharap ilmu akan bertambah,
makin yakini Allah disembah.

Terkenal sejak zaman dahulu,
bangsanya lebah penghasil madu,
khasiatnya lebih dari mengkudu,
karena sari tanaman berpadu.

Madu dipakai sebagai obat,
sudah terbukti banyak khasiat,
setelah itu manusia sehat,
asal berpantang secara taat.

II
Sifat pertama lebah yang baik,
sarangnya bersih tertata apik,
bisa dilihat dibolak-balik,
tiada kotoran barang setitik.

dia lah hewan hidup berkasta,
bidang kerjanya sudah ditata,
selalu nekerja tanpa berkata,
sesuai dengan yang diperintah.

Lebah bekerja dengan disiplin,
harmoni antara sudah dijalin,
lebah pekerja sangatlah rajin,
sejak dahulu atau kemarin.

III
Kasta tertinggi pasti Sang Ratu,
sendiri ia sudahlah tentu,
kerjanya banyak sepenuh waktu,
mengawas pembagian kerja tertentu.

Badan sang ratu lebih besar,
karena gizinya lebih ditakar,
royal jelly makanan bersumbar,
supaya telurnya mudah keluar.

Usia ratu cukuplah panjang,
tiga tahun dia berkembang,
sehari duaribu telur dibuang,
dari tubuhnya yang ada lubang.

IV
Kasta kedua lebah betina,
hanya bekerja hidup karena,
tak pernah letih atau terlena,
kumpulkan nektar untuk diguna.

Nektar digabung serbuk sari,
disimpan ia didalam diri,
setelah disarang keluar lagi,
untuk dimakan untuk dibagi.

selain kerja mencari makan,
bersihkan sarang ia tunaikan,
menjaga anak ia lakukan,
walau umurnya hanya tiga bulan.

V
Berbeda pula si lebah jantan,
jumlahnya banyak sampai ribuan,
ketika ratu melayang terbang,
mengejar bunga bagaikan kumbang .

Hanya  satu yang dapat ratu,
setelah itu matilah tentu,
demikian sudah takdir berlaku,
ketentuan dari Allah yang Satu.

Itulah perlambang cinta sejati,
rela berkorban walaupun mati,
sakit dan senang akan dititi.
untuk generasi setelah nanti,

VI
Itulah lebah serangga pilihan,
hidupnya selalu jaga kebersihan,
sampai dan sisa ia singkirkan,
pada manusia ia ajarkan.

Tak jadi soal tinggal dimana,
gunung dan pohonlah favoritnya,
di rumah juga kan dibuatnya,
asal adekat sumber madunya.

Manusia dapat banyak manfaat,
baik yang benar atau yang sesat,
dibuat ia menjadi obat,
supaya kita menjadi sehat.

VII
Itulah kisah tentang lebah,
sepanjang zaman tidak berubah,
tidak berkurang tidak bertambah,
sesuai perintah Allah disembah.

Mari belajar kepada mereka,
memberi manfaat bukannya murka,
tidak pula hidup serakah,
atau bertindak sesuka-suka.

Diakhir syair hamba bermohon,
jadilah bagai lebah dipohon,
tak bosan-bosan walau monoton,
terjauh selalu rayuan syaiton.

Indearlaya, 17 Oktober 2010
Hamba Allah,

SYAIR BUJANG BIMBANG

Oleh : Hamdi Akhsan

PENDAHULUAN
Sebuah syair yang dibuat dengan nuansa satire dan jenaka. Syair ini bukan bersifat pesan,tapi deskripsi situasi.Moga bisa menghibur!
I
Inilah kisah si bujang bimbang,
kalau berjalan hidung mengembang,
kesana kemari bagaikan kumbang,
kalau menyanyi suaranya sumbang.

Usia kini sudah limapuluh tahun,
nyeberang jalan ingin dituntun,
kalaulah bisa oleh si atun,
tapi sayang ?hanya mendapat getun! (getun=kecewa,jawa)

Belumlah lagi gunjingan orang,
kadang membuat hatinya berang,
ingin rasanya membawa parang,
tapi sayang...itu dilarang.

II
Kalau teringat muncullah sesal,
dihati juga terasa mengkal,
mengapa dulu wataknya nakal,
sering pula jahat akal.

Waktu muda sangatlah tampan,
pacarnya banyak disimpan-simpan,
ketika serempak muncul didepan,
kagetlah ia...bagai disengat lipan!

Orang kata buaya darat,
rayuannya membuat rindu berat,
gayanya kaya padahal melarat,
rambutnya pirang kayak orang barat.

III
Rambut kelimis di oles minyak,
licin mengkilap bagaikan sayak,
bajunya ketat baga mau koyak,
assesoriesnya aduuuuh sungguh banyak.

Mata ditutup kaca yang riben,
biar tampil dianggap keren,
celana baru dibeli kemaren,
waaaahhh...mirip tu dengan duren.

Kalau berjalan matanya liar,
ke kanan kiri berbinar-binar,
seperti selebritis yang sudah tenar,
alaaaa maaaaak...yang benaaaar!

IV
Orang dikampung tersenyum simpul,
melihat aksinya waktu berkumpul,
rokoknya mahal asap mengepul,
tapi kalau makan...sungguh gembuuulll.

Kalau bicara suaranya nyaring,
bagaikan pecah bunyinya piring,
berebut benar ia paling sering,
sampai ada yang bilang.....berotak miring.

Senang hatinya orang bertepuk,
dikira kagum sedang menumpuk,
padahal didalam orang mengutuk,
dasar.....kerjanya bikin orang suntuk.

V
Ketika umur makin bertambah,
laku tak juga bisa berubah,
gadis pun takut kalau diraba,
jandapun melapor kepada abah.

sialnya nasib si bujang bimbang,
tak ada gadis mau di bambang,
jandapun takut digunjing orang,
wah....kasihan betul nasib si abang.

Tanpa terasa badan menua,
kawan sebaya dah anak dua,
ada yang sudah jadi mertua,
sedangkan diri...masih begitu-begitu jua.

VI
Ai,...kasihan juga si bujang bimbang,
gadis tak mau jandapun kurang,
setiap hari hanya berdendang,
setiap pagi setiap petang.

Entahlah kapan nasibnya mujur,
mendapat jodoh walau ngelantur,
agar tidurnya bisa mendengkur,
serta makannya jadi teratur.

Kalaulah tidak susahlah orang,
semakin tua makin pemberang,
mudah tersinggung kalau dilarang,
dan sangat pelit terhadap barang.

VII
Inilah syair yang sederhana,
jadi fikiran boleh karena,
untuk lelaki bujang namanya,
segera nikah cari jodohnya.

Semakin lama makin tak laku,
anehlah pula punya tingkahlaku,
habislah masa bujang berlaku,
awas nanti....membatu kaku....hahaha.


Wassalam

SYAIR ANAK KOST



Oleh
Hamdi Akhsan

Inspirasi syair ini dari lingkungan sekitar tempat tinggal, banyak anak kost baik mahasiswa atau mahasiswi. Hanya deskripsi yang mungkin mengena bagi sebahagian orang,namun bagi sebahagian lainnya berbeda. Moga manfaat!

I
Inilah kisah tentang anak kost,
pergi ke kampus mengirit ongkos,
ada bedengnya sudah keropos,
ada pula yang mewah seperti bos.

Ada yang suka menjerit-jerit,
seperti bunyi pintu berkerit,
malam bergaple sampai sakit,
bangunnya siang terbirit-birit.

sampai di kampus datang terlambat,
ditanya dosen mengapa telat,
berbohong cari jawaban tepat ...!!!
awas lho...nanti kamu kualat.

II
Ada pula yang senang-senang,
setiap hari cuma berdendang,
kemana-mana gitar disandang,
dibawa gagah bagaikan pedang.

Kalau malam main gaple,
tidurnya telat bangunnya memble,
cari sarapan sudah kecele,
alaaahh maaak kuliah perut ngele (ngele=lapar,jawa)

Mau kuliah tak sempat mandi,
deodoran disemprot disana-sini,
kancing bajupun meleser sebiji,
apa boleh buat nggak bangun pagi.

III
Ada juga yang sangat rajin,
baju berstrika rambutnya licin,
pakai celana yang bukan jin,
tugas dan laporan selalu dibikin.

Terbalik pula bagi yang malas,
baju dilipat bantal dialas,
berserakan piring beserta gelas,
bikin tugasnya juga tak jelas.

Aduuuuuhhhh bagaimana ini?
hutangnya banyak disana-sini,
pacarnya rina juga si rini,
awas lho kalau ketahuan yang kayak gini!!

IV
Berhati-hati kalau berteman,
apalah lagi kalau pacaran,
digerebek RT di kos-kost an,
bisa gempaaaarrr masuk koran.

Ada pula yang kurang gaul,
dengan tetangga tak pernah kumpul,
emosi dikit dah ngancam mukul,
merasa hebat padahal tumpuuuulll.

Ada juga yang sangat ramah,
bersahabat dengan sekeliling rumah,
pada tetangga beramah-tamah,
sungguh...dia akan dapat rahmah.

V
Banyak pula mereka amanah,
hidup merantau tiada terlena,
selalu prihatin ia karena,
dengan yang mewah tak terpesona.

Uang kiriman diatur hemat,
masak sendiri makanan sehat,
nasi dimasak sayur dibuat,
Insya Allah yang gini anak yang amanat.

Kalau menelpon atau es em es,
air matanya jatuh setetes,
Teringat keringat bunda menetes
meminta doa supaya sukses.

VI
Sebagian kuliah dengan prihatin,
berbekal tekad beserta yakin,
bangun selalu dimalam dingin,
berdoa lepas jadi si miskin.

sambil kuliah ia bekerja,
menjadi pembantu tak apa-apa,
atau mengojek juga membeca,
atau menjadi penjual pulsa.

Uang yang ada diatur-atur,
cukup tuk makan sudah bersyukur,
tapi seringlah jadi terbentur,
belum sebulan sudah menekur.

VII
Ada pula aktifis aktivis dakwah,
janggutnya tipis tampak wibawa,
kemana-mana buku dibawa,
wajah berkerut bak orang tua.

Pastilah dia banyak fikiran,
ataupun fikir rancangan bahan,
metode apa kan disampaikan,
bagaimana bisa tampil menawan.

Jadi aktivits haruslah ikhlas,
jagalah akhlak agar berkelas,
didiklah selalu jiwa yang welas,
agar didikan akan membekas.

VIII
Jadi aktivis memang enak,
kalau tak setuju teriak-teriak,
apalah lagi menyangkut hak,
tak akan mundur walau setapak.

Tapi jagalah supaya santun,
Itulah cara kita dituntun,
Jangan minta beres dengan beruntun,
urusan tak semudah membuat pantun.

belajar jugalah tekniknya loby,
kalimat cerdas jadikan hoby,
akhlak dijaga seperti nabi,
akan senanglah Ilahi robbi,

IX
Ada pula yang safari kos,
untuk menghemat makan dan ongkos,
karena kiriman sudah ngos-ngos,
ya....begitulah ceritanya bos!!!

Jangan pula sok bergaya bos,
padahal dompet isinya gembos,
sms aja numpang kawan kos,
gak pakai dompet terlihat tempos....hahaha.

Baju mahal berganti-ganti,
tak tahu orang punya si kanti,
kalau meminjam tak dituruti,
omelannya bikin tak enak hati.

X
Ada pula gembong pacaran,
kerjanya cuma mesra-mesraan,
kalimatnya romantis penuh rayuan,
dasar...kamu play boy cap macan.

Kiriman habis buat sang pacar,
bersolek ria selalu lancar,
bohongi orangtua bilang belajar,
dasar....anak kurang ajar.

Kalau begini sudah caranya,
tak akan sukses dikuliahnya,
pulang kerumah lapor bapaknya,
minta dikawin karena porsekotnya.

XI
Dengan bapak kos kadang kasihan,
padahal makan dari kontrakan,
minta ditunda masa pembayaran,
alasan uang masih di jalan.

Selama belum bisa bayar,
jarang dirumah banyak keluar,
alasan tugas tak kelar-kelar,
ternyata itu cuma koar-koar.

Uang kiriman dipakai boros,
tak bisa lagi bayar biaya kos,
kuliahpun memang suka bolos,
terancam DO bisa tak lolos.

XII
Kadang ibu kos marah-marah,
dengan bapak kos bikin asmara,
kadang biasa kadang membara,
ya....kok nggak jera-jera.

Adapula yang hidup bebas,
pria wanita seperti kibas (kibas=keledai),
segala aturan jadi ditebas,
kalau dah bosan langsung dilepas.

Ada pula yang nakal-nakal,
dinding dilubang seribu akal,
tuk intip tetangga berambut ikal,
walah sungguh...kerjamu bikin terpingkal-pingkal.

XIII
Jadi anak kos banyak gunanya,
belajar mandiri tujuan utamanya,
biar tahu urus dirinya,
agar tak kaget di dewasanya.

Belajar engkau dengar serius,
tugas kuliah harus diurus,
agar kuliah segera lulus,
masa depanmu pasti kan mulus.

Janganlah banyak bermain saja,
apalah lagi berhura-hura,
kasihai kedua orangtua,
peras keringat berdarah-darah.

XIV
Teringat diri saat kuliah,,
orang di Padang memanggil buya,
sering ceramah agak bergaya,
jumat ke minggu keliling wilayah.

Karena kuliah tiada ayah,
gimana cara hemat biaya,
tinggal di mesjid tetap mulia,
rendang gratispun dapat seraya.

Uang dihemat pakai terukur,
ingat ibunda jualan sayur,
walau begitu selalu bersyukur,
pada Ilahi Robbun Syakur.

XV
Jadilah engkau putra idaman,
hidup merantau didalam iman,
kelak namamu jadi gumanan,
harum semerbak bunga ditaman.

syairku ini akan berakhir,
diriku hanya hamba yang fakir,
nasehat baik ingin kuukir,
jadikan bahan untuk berfikir.

Sesal diakhir tiada guna,
hanya membuat lemah karena,
meratap kelak diujung sana,
ketika tua menjelang fana.

XVI
PENUTUP
Diakhir syair kumohon maaf,
pastilah banyak kata tersilap,
membuat marah meluap-luap,
karena banyak aspek disingkap.

Terakhir hamba ucap istighfar,
kepada Engkau Yang Maha Ghoffar,
ampuni hamba dalam dan luar,
bimbinglah selalu ke jalan benar.

Inderalaya, 19 Juli 2010
Pengamat Kost

SYAIR NUZULUL QURAN




Oleh
Hamdi Akhsan

Syair Nuzulul Quran ini ditulis sebagai manifestasi kerinduan pada Allah yang telah menurunkan petunjuk melalui hamba-Nya Muhammad SAW pada seluruh umat Islam, Moga manfaat.

I

Disuatu malam dimasa silam,
tatkala bulan sedang temaram.
Semesta bertasbih dalam diam,
Turunlah rahmat semesta alam.

Alquran itu awal mukjizat,
Penempa iman selalu kuat.
Jadikan jiwa selalu sehat,
Jadikan prinsip teguh dan liat.

Awalnya turun suruh membaca,
Rasul gemetar mata berkaca.
Dituntun malaikat tiada cerca,
Jiwa tenang tanya membuncah.

II
Wahyu pertama ayatnya lima,
belum benomor belum bernama,
namun isinya sangat utama,
perintah baca dengan ber-asma.

Pada ilahi teruslah zikir,
pencipta dari setetas air,
supaya kesadaran selalu mengalir,
kemana hidup akan berakhir.

Awal membaca dengan ta'awuz,
ditata rapi ke dalam juz,
biar jangan nafsu ambisius,
tamatkan bacaan sekaligus.

III
Selain belajar dengan menghafal,
renungkan maknanya dengan akal.
niscaya akan menambah bekal,
lemahkan nafsu berbuat nakal.

hafiz adalah Penghafal quran,
jiwanya bersih dari kotoran.
mudah terpanggil oleh seruan,
kata dan laku harus sepadan.

Isi alquran terbagi dua,
berita ancaman dan bahagia.
mari amalkan sambil berdoa,
kiranya kita diberi surga.

IV
Quran itu memang mukjizat,
sebagai penenang sebagai obat,
walau jumlahnya ribuan ayat,
Banyak yang hafal tanpa tersilat.

Mari sahabat kita berduyun,
baca alquran boleh dialun,
setelah itu jadikan penuntun,
bekal kelak atau sekarangpun.

Rangkaian ini adalah syair,
bukan puisi dan pantun terakhir.
berharap nanti kan bisa hadir,
agar nasehat saling diukir.

V
Wahai sang hamba berbual kata,
dekatkan engkau pada pencipta?
sudahkah ada bukti kau cinta?.
dimalam sunyi asyik bersuka?

sudahkah quran sering dibuka?
fikir dan zikir dimana suka,
dengar nama-Nya hilanglah duka,
takut siksa-Nya kelak di neraka?

ataukah engkau cuma pendusta,
memutar lidah bermain kata.
seperti buaya si air mata,
bertentang pula amal dan kata?

VI
Wahyu pertama di gua hira,
turun kepada hamba yang wara,
sifatnya mulia tak hura-hura,
akhlaqnya bagai intan mutiara.

Dialah Rasul si anak yatim,
Sifatnya amanah didaulat hakim,
Senang menyambung silaturahim,
Lembut jiwanya bersifat rahim.

Usia muda sudah berjuang,
Ikut pamannya pergi berdagang,
Tak ada cacat tak ada sumbang,
Semua sahabatnya sangatlah senang.

VII
Diberi wahyu ia gemetar,
Merasa diri baca tak pintar,
Diberi amanah yang sangat besar,
Keringat mengalir basah keluar.

Datanglah juga wahyu kedua,
siarkan agama secara terbuka,
Istri dan anak diajak serta,
Kaum kerabat dihimbau pula.

Beratnya tantangan didepan mata,
Jiwa ditempa sabar ditata,
Untunglah ada istri tercinta,
Selalu dampingi walau dinista.

VIII
Turunlah perintah surat Mudatsir,
Jalankan dakwah di padang pasir,
sampaikan ayat walau diusir,
itulah riwayat nabi terakhir.

Alquran turun jadi mukjizat,
Didengar Umar ia bertubat,
Dengkinya lawan semakin hebat,
Menjadi musuh sanak dan kerabat.

Perintah datang untuk bertauhid,
Ada pengikut walau sedikit,
Diancam bunuh disiksa sakit,
Tak gentar walau ditindih bukit.

IX
Itulah Rasul pembawa alquran,
Pusaka abadi umat pilihan,
Takkan berubah sepanjang zaman,
Tak lekang panas tak lapuk hujan.

Jadikan alquran sebagai imam,
Isinya mulia bak mutiara manikam,
Rajin membaca akan terekam,
Didalam jiwa yang paling dalam.

Alquran kitab yang pasti benar,
Jadikan ia pautan tegar.
Diakhir nanti akan bersinar,
Bagai cahaya menjelang fajar.

X
Inilah syair Nuzulul Quran,
Ditulis hamba dalam renungan,
Moga berguna untuk sekalian,
Supaya hidup disayang Tuhan.

Puasa telah lewat tujuh belas,
Inginnya hamba kan naik kelas,
Lapar dan haus harap membekas,
Diakhir nanti mendapat balas.

Kututup syair hari besar Islam,
Dengan kalimat dan untai salam,
Berakhir sudah berarti khatam.
Selamat puasa selamat malam,

Inderalaya, 17 Ramadhan 1431 H,
                    28 Agustus 2010

SYAIR NEGERI BENCANA

Oleh : Hamdi Akhsan
Syair ini merupakan rangkaian peristiwa bencana alam yang terjadi diseluruh negeri sejak Tsunami Aceh 2004 terakhir bencana banjir bandang  yang melanda Wasior,mungkin ada yang terlewatkan tapi substansinya sama, moga jadi renungan untuk peringatan setahun Pemerintahan Presiden SBY-Budiono. Amien!

I
Kumulai syair dengan istighfar,
memohon ampun pada yang Ghoffar,
memohon pada-Nya kuat dan sabar,
terhadap musibah yang kian menyebar.

Kutulis kisah di zaman ini,
tatkala dunia telah terdzalimi,
tatkala bencana melandai bumi,
akibat agama tak diimani.

Banyaklah nyawa tersia-sia,
akibat nafsu serakah manusia,
tak pandang pangkat dan pandang usia,
Ya Allah, dibalik ini apa rahasia?

II
Tersebut sudah dalam alquran,
musibah adalah peringatan,
supaya manusia sebagai insan,
sadar terhadap keterbatasan.

Kalau peringatan tiada digubris,
musibah datang jadi berlapis,
harta dan nyawa dibabat habis,
Ya Allah...betapa hamba ingin menangis.

Ketika musibah telah melanda,
banyaklah wanita menjadi janda,
jerit dan tangis seiring senada,
tiada lagi tawa dan canda.

III
Berawal dari bencana besar,
Gempa Tsunami datang menyebar,
Hebatnya membuat tubuh gemetar,
melihat gelombang berputar-putar.

Betapa banyak jiwa yang hilang,
harta dan benda tiada terbilang,
ratusan ribu nyawa melayang,
Ampuni kami Wahai Yang Maha Penyayang.

Ribuan anak menjadi yatim,
Hilanglah juga tempat bermukim,
Sungguh Allah telah jadi hakim,
atas laku manusia yang zalim.

IV
Betapa manusia tiada lupakan,
dahsyatnya gelora ombak lautan,
kapal yang berat telah didaratkan,
gedung yang kokoh telah dihancurkan.

Dalam bencana yang sangat dahsyat,
ada manusia ambil manfaat,
biaya rekonstruksi jadi berlipat,
Ya allah...jangan jadikan kami pengkhianat.

Kasihan pula rekyat kecil,
jatah rumah tak dapat diambil,
hidup berpindah pakaian dekil,
Memohon mereka pada Allah yang Adil

V
Pedihnya aceh masih melanda,
terjadi gempa ditanah sunda,
jerit dan tangis ramai melanda,
anak kehilangan ayah dan bunda.

Ribuan rumah roboh dan hancur,
airmatapun habis mengucur,
banyak orang yang bertafakkur,
apakah musibah karena kufur.

Para sahabat orang beriman,
mari bersama kita renungkan,
musibah yang datang berketerusan,
mengapa tiada ambil pelajaran?

VI
Gempa di padang terbilang hebat,
gedungpun hancur dan rusak berat,
terpisah keluarga serta kerabat,
ya Allah...pada-Mu jua kami bertaubat.

Betapa kita harus mengingat,
didalam quran sudah tersurat,
gempa diberi karena maksiat,
mari kembali sebelum terlambat.

Banyaklah pakar ngomong ilmiah,
karena letak negara Indonesia,
atau karena sesar berpindah,
atau karena retakan berubah.

VII
apa di bumi ciptaan Allah,
laut merahpun bisa dibelah,
gunung yang tinggi bisa dipilah,
sebagai hukuman karena  salah.

Wahai Allah yang Maha Rahman,
mengapa musibah berketerusan,
apa karena maksiat tuman,
ataukah kami tiada beriman.

Marilah kawan mari  sahabat,
merenung kita sebelum terlambat,
Mayoritas kita muslim yang sholat,
tapi mengapa berhamburan maksiat.

VIII
Dalam tulisan diatas kertas,
korupsi kita ada diatas,
hukum dibeli dengan uang kertas,
manipulasi dianggap pantas.

Terhadap syahwat diumbar-umbar,
pakaian wanita tak cukup selembar,
tutup yang penting tak cukup lebar,
apatah lagi mau bercadar?

Teringat hamba maksiat syahwat,
kaum nabi luth halalkan liwat,
dibalik negeri sedemikian kuat,
demikian alquran beri nasehat.

IX
gaul sejenis sudah biasa,
padahal itu sangat berdosa,
penyebab hancurnya bangsa,
membuat umat bergelimang dosa.

Banyaklah orang yang diperbodoh,
sebelum nikah dianggap jodoh,
hidup bersama seperti kebo,
sungguh syaitan telah menini bobo.

Bayipun banyak yang tanpa ayah,
dijual kepada orang kaya,
dengan alasan tiada biaya,
sungguh...manusia telah aniaya.

X
akibat sex bebas dianggap remeh,
juga hubungan sejenis  nyeleneh,
bermunculanlah penyakit aneh,
azab Ilahi karena dumeh (dumeh=sombong,jawa)

Itulah penyebab Ilahi murka,
ayat-ayat-Nya banyak dilangkah,
tafsirkan alquran sesuka-suka,
sungguh banyak yang telah durhaka.

Mari menoleh pada sejarah,
betapa banyak umat didera,
merekapun hancur berduka lara,
atau dibakar neraka membara.

XI
Para sahabat orang beriman,
bertaubat kita pada yang Rohman,
supaya didunia hidupnya aman,
diakherat dapat surga bertaman.

Belumlah lagi banjir yang datang,
akibat hutan habis ditebang,
tiada lagi tempat binatang,
ataupun tempat bersawah ladang.

Petani kecil menangis seorang,
habislah padi disawah ladang,
rumah tersapu harus smenumpang,
tuk bangkit lagi harus berhutang.

XII
Berbeda  para pembalak hutan,
didepan berpura sedih kelihatan,
uang mereka masih ratus jutaan,
Hatinya sudah dikuasai syaitan.

Rangkaian musibah datang melanda,
Bertanya orang itu mengapa,
apakah karena Allah yang murka,
atau karena sedang dicoba.

Cirinya bangsa sedang dicoba,
musibah datang segera berubah,
yang khianat kembali jadi amanah,
yang lupa istighfar memohon taubah.

XIII
Tapi kalaulah tiada berubah,
musibah  sesaat membuat iba,
setelah itu kembali berlomba,
buat maksiat kumpulkan harta.

Betapa banyak pengkhianatan,
Anti korupsi dikriminalkan,
hukum yang ada diperdagangkan,
bahkan...musibahpun di proyekkan.

Ingatlah wahai para pemimpin,
Padang Mahsyar tempat yang yakin,
kalaulah tidak santuni yang miskin,
dihantam malaikat sudahlah mungkin.

XIV
Seorang pemimpin akan ditanya,
uang yang ada dikemanakannya,
segala maksiat yang tak dilarangnya,
segala urusan yang dilalaikannya.

Pemimpin beriman yang sederhana,
pikirkan rakyat ia karena,
didalam dadanya takut merana,
menghadap Allah di alam sana.

kerjanya bukan bermegah-megah,
urusan negara dicampur keluarga,
keputusan dibuat berdasar praduga,
Dikelilingi mereka yang sering membangga.

XV
Ingatlah kuasa akan berakhir,
baik dan buruk telah kau ukir,
hukum dan amanah yang dipelintir,
kan dipertanggungjawabkan di yaumil akhir.

Kalaulah memang sudah berhasil,
mengapa banyak yang masih bangkil,
janji disaat rakyat dipanggil,
untuk sejahterakan rakyat kecil.

Ingatlah selalu kepada janji,
karena malaikat mencatat rapi,
rakyat pun selalu kan mengingati,
jadilah pemegang amanah yang terpuji.

XVI
Kepada Allah hamba berdoa,
semoga dihindar dari bencana,
diberi kekuatan para pemimpinnya,
tuk jalannya amanah sesuai perintah-Nya.

Wahai Ilahi yang Maha Kasih,
bergelimang dosa hamba-Mu masih,
iman dan amal sering tersisih,
namun merasa sudahlah bersih.

Hamba memohon dengan tangisan,
berilah kami belas kasihan,
jauhkan musibah yang memedihkan,
ingatkan kami Engkau punya pesan.

PENUTUP
Diakhir syair kumohon maaf,
pada pemimpin bila tersilap,
pada Allah jua kita kan hadap,
berbuah siksa ataupun nikmat.

Inderalaya,20-10-2010
Hamba Allah yang dhaif

Indonesia negeri bencana
Tak terjadi jika bijaksana
Pemimpin adil rakyat sejahtera
Hasil alam dibagi rata

...Hutan ditebang seenakenaknya
Air mengalir begitu cepatnya
Tak ada yang mampu menghalangnya
Tinggal nestapa melanda jiwa

Pemimpin bijak tak banyak bicara
apalagi mengeluh pada jelata
Lebih baik kerja sekuat tenaga
Memakmurkan rakyat yang sengsara

Bencana datang karena lupa
Bencana datang sebagai petanda
Allah pun benci lalu murka
Sebaiknya insaf segala dosa

Thursday, October 7, 2010

SYAIR ANAK YATIM DI HARI RAYA.

I
Dengarlah -dengar wahai ayahku,
rintihan anak yatim piatu,
hidup tiada tempar mengadu,
sering bersedih sepanjang waktu.

wahai ayahku semua muslim,
dengarlah rintih  si anak yatim,
hidup sendiri sepanjang musim,
hanyalah Allah yang Maha Rahim.

Inilah ratap bercampur tangis,
perih hatiku bagai teriris,
sedih dan papa telah terlukis,
sepanjang masa tak pernah habis.

Wahai ayahku mukmin semua,
mengapa ayah begitu tega,
lihat ananda bermuram durja,
menangis pilu diujung senja.

II
Ibuku mati ayahku hilang,
berkali sudah masa terbilang,
pilu hatiku bukan kepalang,
rindunya daku kasih dan sayang.

Puncaknya pedih di hari raya,
melihat anak gembira ria,
pergi ke mesjid bersama ayah,
berbaju baru bagus meriah.

Sedangkan aku duduk tergugu,
memakai baju koyak lamaku,
robek kujahit dengan tanganku,
itulah wujud hari rayaku..

III
anak yang lain kian kemari,
berjajan kue yang digemari,
kuteguk air liur sendiri,
tak ada tangan datang memberi.

Tawa dan canda dimana-mana,
kembang apipun terang merona,
melihat semua daku terpana,
sambil berdiri diujung sana.

Kadang tangisku sampai mengigil,
berharap Dia segera mengambil.
imanmu masih lemah dan labil,
menuduh Dia sudah tak adil.

IV
Kutahu ayah pernah berhikmah,
pelihara ananda tugas utama,
akan diberkati empat puluh rumah,
atas ketaatan pada agama.

Allahu robbi telah berfirman,
pendusta agama tidak beriman,
bila si yatim jadi tak aman,
neraka wail tempat ditahan.

Hamba bermohon kepada ayah,
anak yatim jangan disia,
di sorga dibalas satu rumah,
diberkati Allah sepanjang usia.

IV
Kadang liurku jatuh terlompat,
terbayang enaknya rasa ketupat,
dimakan dengan opor sekerat,
tapi semua hanya ibarat.

Kadangpun ada orang kasihan,
dibagi aku saat lebaran,
cukuplah agar tak penasaran,
sebagai obat untuk hiburan.

Kadang ayah tak kusalahkan,
harapan kami tak tersampaikan,
karena yatim berperasaan,
kalau ditolak jadi rintihan.

Inderalaya, 30-10-2010
Hamba Allah
Aku bukanlah anak Yatim
Ayah ku pergi ketika bayi
Hidupku serba miskin
Baju baru tidak terbeli

...Nasib ku tak berbeda dengan anak yatim
Karena Ayah ku tak pernah peduli
Malah ada baik juga anak yatim
Selalu orang memberi rezeki

Aku pun tak pernah bertanya ayah
Kerena juga tidak mengenalnya
Kudenar kabar ayah seorang pemarah
Dan aku tak ingin tahu beritanya

Aku bersyukur pada Allah
Ibuku sabar mendidikku
Kujalani hidup dengan tabah
Bersyukur aku masih ada ibu

Terimakasih pada Allah
Yang telah melindungiku bersama ibu
Harus sabar jangan gelisah
Serahkan semua pada yg satu

Bila terlalai perintah Allah
Jiwaku sungguh gelisah
Takut aku azab Allah
Didalam kubur penyesalan tak sudah

syair rindu

Syair sederhana tentang rindu berbagai kelompok,berbagai katagori, terdiri dari 76 bait dan 304 baris, moga bisa menghibur!

I
Awal syair bismillah dulu,
kepada Ilahi terasa malu,
atas lidah yang kadang kelu,
untuk berzikir dimalam dalu.

Dalam dunia yang beraneka,
banyak pula makhluk bertingkah,
yang Allah benci dan Allah suka,
yang tersembunyi atau terbuka.

Satu bagian yang rahasia,
rindu dendam pada manusia,
tak pandang waktu serta usia,
tak pandang berguna atau sia-sia.

II
Yang paling banyak orang berfikir,
karena asmara rindu mengalir,
seperti pemahat dan kayu ukir,
ataupun pisau dengan kikir.

Paling terkenal rindu remaja,
ingat kekasih merona wajah,
peduli rakyat ataupun raja,
ya...semuanya sama saja.

Dikala rindu pada kekasih,i
ngin bertemu tak pernah risih,
walau nantinya kan berselisih,
yang penting diri tidak tersisih.

III
Lain pula rindu sahabat,
ingin bergurau sambil berdebat,
saling berlomba tunjukkan hebat,
peduli rakyat atau pejabat.

Rindu sahabat terbagi dua,
sahabat baik membawa berkah,
sahabat buruk bikin celaka,
malangnya lagi?...ajak ke neraka.

Sahabat baik selalu menjaga,
terhadap kita jiwa dan raga,
serta berikan ilmu berharga,
agar bersama masuk ke surga.

IV
Berbeda pula rindukan kampung,
terbayang indah lembah dan gunung,
sejuknya mandi pancuran tampung,
serta indah kicauan burung.

Teringat pula ke masa kecil,
nenek cerita tentang sang kancil,
ataupun sahabat yang suka mbangkil,
juga bermain tempat terpencil.

Teringat juga jagoan kampung,
kalau berjalan dada membusung,
merasa hebat karena terkungkung,
seperti katak dalam tempurung.

V
Sangat berbeda rindu ibunda,
terhujam dalam didalam dada,
perduli tua ataupun muda,
diseluruh dunia tiada berbeda.

Rindu ibunda tiada berakhir,
di dalam kitab sudah diukir,
walaupun kaya ataupun fakir,
sampai lidah berhenti berzikir.

Rindu ibunda tak pernah layu,
walaupun matanya sudah sayu,
walau dipaksa atau dirayu ,
walau disalib ditiang kayu.

VI
Kalaulah orang rindukan kaya,
segala cara segala gaya,
supaya tampak hidupnya jaya,
walaupun semuanya cuma maya.

Pulang kampung mobilnya mahal,
tak tahu orang kalau merental,
tampaknya alim walaupun nakal,
Walaupun pelit berpura royal.

Kata-katanya tinggi selangit,
tak mau tinggi orang sedikit,
yang lain sukses dia yang sakit,
hebat bualnya setinggi bukit.

VII
Begitu pula rindu negara,
rela berjuang semangat membara,
bahu-membahu dengan tentara,
menghalau musuh bela bendera.

Rindu negara harus berbakti,
tidak korupsi harus terbukti,
rakyat yang lemah jangan sakiti,
naik jabatan benar dititi.

Itulah bentuk rindu negara,
rela berkorban walau berdarah,
bukannya cuma berhura-hura,
atau menghasut terjadi sara.

VIII
Berbeda pula rindunya anak,
tahunya diberi apa dihendak,
tak dikabulkan kadang membentak,
....masya Allah!dimana kau punya otak!

Rindunya anak berat sebelah,
tak mau dimarah kalau bersalah,
pada saudara tak mau mengalah,
kalau bertengkar minta dibela.

Rindunya anak akan menggumpal,
kala orangtua meninggal,
tak bisa bakti bikin menyesal,
menangis ia merungkal-rungkal.

IX
Hebat pula rindu jabatan,
berbagai cara dan perbuatan,
sampai meminta bantuan syaitan,
masya Allah...sungguh kelewatan!

Kalaulah memang punya prestasi,
memang jabatan haknya diri,
tapi kalau tak tahu ukuran diri,
pasti menjilat kanan dan kiri.

Kalau jabatan sudah didapat,
gayanya tentu berubah cepat,
yang berprestasi terbukti hebat,
yang tak mampu sibuk menjilat.

X
Lihatlah pula yang rindu barang,
segala yang antik akan dipajang,
kalau cerita kepada orang,
pasti matanya bersinar terang.

Barang lama banyak dikumpul,
yang sudah rusak juga didempul,
bahkan sampai cari jin gundul,
angkat pusaka supaya muncul.

Dikumpul semua barang antik,
baik yang jelek atau yang cantik,
jadilah rumah seperti butik,
atau suasananya menjadi mistik.

XI
Ada pula yang rindu ilmu,
hasil membaca kan dia ramu,
selalu ilmiah kalau bertemu,
Ah...yang bener aja kamu!!!

Orang ilmiah kadang berbangga,
padahal Allah tiada terhingga,
ilmunya hebat tak bisa diduga,
meliputi neraka sampai ke surga.

Orang berilmu kan rendah hati,
berkata baik dan hati-hati,
bagaikan pepatah ilmu padi,
semakin runduk semakin berisi.

XII
Berbeda pula yang rindu janda,
selalu bolak balik di beranda,
oleh-olehnya bermacam benda,
sebagai isyarat atau pertanda.

Masih banyak macamnya rindu,
kalau diurai bisa sewindu,
tapi karena mau beradu,
syairnya disambung setelah wudhu.

inilah  rindu kepada Allah,
ibadah  zikir tak pernah lelah,
dipuji mengucap Subhanallah,
diberi mengucap Alhamdulillah,
akhirnya?ketika mati mengucap LA ILAHA ILALLAH.

XIII
Termahsyur sudah sepanjang zaman,
harumnya bagai bunga ditaman,
sampai di kitab Allah berfirman,
hamba yang rindu karena iman.

Karena rindu ia berperang,
rela patuhi apa dilarang,
kerjakan perintah dengan riang.
ibadah khusuk gelap dan terang.

Sungguh indah rindu Ilahi,
terasa lezat sepanjang hari,
semerbak baunya harum mewangi,
bawa bahagia yang kan abadi.

XIV
Rindu Ilahi tiada terukur,
terhadap nikmat selalu bersyukur,
terhadap alam ia bertafakkur,
bersujud si hamba jatuh tersungkur.

Orang yang rindu selalu teringat,
ingin bertemu setiap saat,
tak pernah lalai tak mau telat,
sampai el-maut datang mencegat.

Baca surat-Nya mata mengalir,
ucap asma-Nya hati berdesir,
dengan tanda-Nya selalu berfikir,
hanya pada-Nya rindu terukir.

XV
Lalai pada-Mu hati gelisah,
langgar perintah-Mu jiwapun susah,
dengan rahmat-Mu tak putus asa,
rindu pada-Mu sepanjang masa.

Wahai Ilahi tujuan hamba,
pada-Mu jua hamba menghiba,
kuatkan hamba dalam musibah,
Rindu pada-Mu tidak berubah.

Hamba bermohon sepenuh hati,
rindu pada-Mu sampai ke mati,
susah dan senang ikhlas dititi,
sampai datangnya hari yang pasti.

XVI
Terhadap hidup kadang gelisah,
dapat musibah berkeluh kesah,
kadang dihati terasa resah,
ingat pada-Mu tenanglah rasa.

Wahai Ilahi dengarlah ratap,
hanya ridho-Mu selalu kuharap,
menangis hamba dimalam senyap,
bermohon iman selalu tetap.

Hamba memohon diberi umur,
selalu hidup dalam bersyukur,
terhadap nikmat tiada kufur,
sampai menghadap kelak dikubur

XVII
Rindu Ilahi berbalas pasti,
asal perintah larangan dititi,
bagaikan siang malam berganti,
sampai bertemu diakhir nanti.

Betapa dangkal rindu manusia,
terbatas ia pada usia,
walau jumlahnya sampai selaksa,
ketika mati akan binasa.

Demikian pula rindukan harta,
belumlah mati kadang disita,
atau diwarisi keluarga tercinta,
atau dicuri dimalam buta.

XVIII
Rindu jabatan akan berakhir,
belumlah mati sudah diafkir,
atau berganti karena digilir,
bisa juga karena jabatan dipelintir.

Walaupun jabatan tiada cacat,
kalau pensiun semua dibabat,
kendaraan bagus ditarik surat,
kalau tak siap bisa melarat.

Rindu Ilahi tidak berkarat,
amal dibuat tidaklah berat,
berbalas ia ganjaran kuat,
baik di dunia atau akherat.

XIX
Rindu yang tulus membuat haru,
seperti nenek rindukan cucu,
seperti murid rindukan guru,
yang tiada pamrih atau cemburu.

Guru yang baik akan dikenang,
mendidik murid menjadi bintang,
sekolahnya selalu gilang-gemilang,
prestasi hidupnya akan cemerlang.

Rindunya nenek bersifat sabar,
usia yang tua membuat sadar,
cucu dididik agar berpendar,
doanya tulus bagaikan radar.

XX
Ada pula rindu terlarang,
dibalut nafsu menjadi garang,
tak mau dengar nasehat orang,
walau berakhir patah arang.

Ada juga rindu berlabuh,
hanya dirindu hangatnya tubuh,
berakhir setelah datangnya subuh,
kena penyakit mengaduh-aduh.

Rindukan benda kan sementara,
bagaikan minyak menyiram bara,
apinya sebentar merah membara,
tinggallah sesal dan duka lara.

XXI
Para sahabat mari  merenung,
tengoklah rindu bangsa burung,
mata terlepas badan terkurung,
jiwa tersiksa badan terkungkung.

Rindu yang indah karena memberi,
rajin berkorban sifatnya diri,
memberi dari milik sendiri,
mendapat hormat siapapun dari.

Janganlah diri jadi terlena,
karena rindu dendam tak sudah,
karena hidup berakhir fana,
akan dibalas kita karena.

XXII
Ada yang rindukan masa lalu,
selalu banggakan kisah dahulu,
kadang cerita sampai dalu,
sampai lidahpun menjadi kelu.

Ada pula rindu merusak,
ketawa sendiri sampai ngakak,
kemana-mana membawa kotak,
memang miring ia punya otak.

Begitu juga rindu merpati,
tak akan berubah sampai mati,
susah senang sama dititi,
seiring sejalan sepenuh hati.

XXIII
Dengarkan pula rindu tak sampai,
merana badan lemah terkulai,
makan tak enak walau bergulai,
serasa nyawa habis terurai.

Macam-macam jenisnya rindu,
ada yang berakhir sepahit empedu,
atau rasanya asam bagai mengkudu,
ataupun bermusuh bak kambing adu.

Kadang manusia terpesona,
lupakan bahwa dunia fana,
merasa pasti dengan rencana,
padahal semua fatamorgana.

XXIV
Rindu politik ada dua,
ada yang baik yang buruk juga,
yang baik bikin rakyat bahagia,
yang jelek bikin rakyat menderita.

Rindu kursi banyak cobaan,
kalaulah dapat membahagiakan,
kalau tak dapat menyengsarakan,
anak dan istri ikut tertekan.

Begitu juga dalam pilkada,
rindu jadi pimpinan daerah,
bujuk dan rayu melimpah-limpah,
tapi buktinya?hampir tak ada.

XXV
Rindu Rasul rindukan sunnah,
berteladan kita oleh karena,
supaya agama jadi sempurna,
jadilah diri mukmin paripurna.

Betapa hamba rindukan rasul,
nabi terakhir yang pernah muncul,
membawa umat ke jalan betul,
inilah jalan yang pasti maqbul.

Kepada Rasul hamba meminta,
safaat kala gelap gulita,
mendapat surga memang dicita,
serta ridhonya Allah semata.

PENUTUP
Diakhir syair kumohon maaf,
bukan tak rindu pada sahabat,
jari-jariku merasa penat,
memencet hape yang sering ngadat.

RSUD Muhammad Husen,03  Oktober 2010
Wassalam
Hamba Allah

pantun 2


Jangan perahu tiada dirantai,
kalaulah hilang susah dilacak.
Jangan berumah ditepi pantai,
...pabila takut diterjang ombak.

Perahu untuk menangkap ikan,
menangkap beruga pakailah pikat.
Tak perlu suntuk atau tertekat,
pertolongan Ilahi sangatlah dekat.

Yang punya jalu biar berjalu,
yang bisa terbang usah mengembik.
Yang sudah lalu biarlah lalu,
yang akan datang kan lebih baik.


Hari terang padamkan lampu,
cukup cahaya masuk ke bilik.
Sekarang banyak orang tertipu,
...oleh wajah yang tampak baik.

berhati-hati mudik ke hulu,
nanti terlanda batang manggis.
Kalaulah ada yang tepuk bahu,
itu pertanda pakai hipnotis.

Menanan padi bawalah bekal,
perut yang lapar terasa ngilu
Waspada hati waspada akal,
hati didalam siapa yang tahu.

 

Selasih ditanam didalam taman,
enak direndam dicampur gula.
Kasih bunda sepanjang zaman,
...kasih anak sepanjang penggalah.

Bubuk gaharu jangan direndam,
dibakar ia harum baunya
Kasih guru tiada dendam,
teringat murid selalu bangga.

Selasar tumbuh tutupi talas,
rimbunlah ia tajam berduri.
Belajar ilmu haruslah ikhlas,
dunia didapat akherat dicari.

Menjalar akar panjang karena,
melilit ia batang mengkudu.
Ilmu diajar akhlak dibina,
moga jadi hamba tawaddu


rumput teki rimbun berakar,
tananam kurus makannya berat.
Rezeki dicari amal dikejar,
semoga diberi balas akherat.


Menyadap getah hindarkan duri,
dalam pisaunya harus terukur.
Terhadap musibah sabarkan diri,
...nikmat Ilahi harus bersyukur.

Rakit yang kuat talinya ulir,
membawa getah mudik ke hulu
Sakit dan sehat selalu bergilir,
agar manusia sadar selalu.

Rakit dijual ke kertapati,
getahnya dijual pembuat rumah.
Sakit dan senang selalu dibagi,
semoga mendapat husnul khotimah.

SYAIR KUBUR




Oleh
Hamdi Akhsan

Syair kubur ini dibuat dengan kedangkalan ilmu, mengingat informasi tentang kubur yang sampai pada kita hanya melalui aayat dan hadits-hadits. Kalau terambil dari hadits dhaif tolong dikoreksi dan insya Allah akan diperbaiki. Moga bermanfaat!

I
PENDAHULUAN
Kumulai syair dengan Bismillah,
bermohon Ridho kepada Allah,
bergantung kepada Izzatullah,
bermohon ampun bila tersalah.

Syairku berkisah tentang kubur,
tempat yang sempit ulat bertabur,
daging terurai menjadi bubur,
tulangpun bagai debu tertabur.

Dikubur kelak tinggal sendiri,
tinggallah anak tinggalah istri,
tinggal semua yang telah dicari,
hanyalah harap ampun diberi.

II
Didalam kitab telah disebut,
manusia berbeda dari malakut,
asalnya dari air berdenyut,
bertemu telur didalam perut.

Setelah itu setetes darah,
segumpal daging berwarna merah,
bentuk disusun tulang ditata,
ruh ditiup janji diminta.

Kepada manusia diminta janji,
selalu hidup taat Ilahi,
selalu ingat tempat kembali,
bagaikan malam rindukan pagi.

III
Ketika diri telah dilahirkan,
ayah dan umi memeliharakan,
sampai ke baligh dimanatkan,
seperti itulah perintah Tuhan.

Ingatlah kita hai saudaraku,
ketika baligh datanglah waktu,
rukun dan syarat mulai berlaku,
amal dan dosa mulai disitu.

Puluhan tahun berlalu sudah,
rambut yang hitam mulai berubah,
kerut di wajah semakin bertambah,
maut kan datang itulah tanda.

IV
Menangis hamba saat menghayat,
malaikat maut sudah mendekat,
ketika nyawa berpisah hayat,
bagai digergaji semua urat.

Dengarlah kata Rasul tercinta,
sakitnya maut tak dapat dikata,
seribu pedang memukul kita,
seakan mencelat si biji mata.

agar berkurang sakitnya maut,
berdoa kita khusuk dan takut,
ringankan dari sakratul maut,
nyawa dan badan segera tercerabut.

V
Ketika nyawa telah berpisah,
ratap dan tangis keluarga susah,
sedih dan pilu keluarga merasa,
hidupkan lagi tapi tak kuasa.

Badan yang gagah akan terbujur,
ditutup kain tangan diatur,
sibuklah orang menggali kubur,
sebagian berusaha untuk menghibur.

Dulu perkasa kini terbaring,
dibasuh tengadah kemudian miring,
wudhu diberi berdoa nyaring,
ditabur minyak didalam piring.

VI
Tubuh yang kaku sudah terhampar,
kini dibungkus kain selembar,
diikat kuat agar tak bubar,
dialas dengan tikar selembar.

Kini orang menyolatkannya,
terlihat dari banyak dikitnya,
kalaulah baik  banyak  orangnya,
sedikit juga boleh hukumnya.

Setelah sholat tubuh diangkat,
keranda dibawa bercepat-cepat,
jalannya bagai mau melompat,
kubur menanti semakin dekat.

VII
Sampailah dibawa jenazah ketempat,
keranda diambil tikar diangkat,
diturunkan jasad ke liang lahat,
ditutup tanah diinjak padat.

Isak dan tangis habis disini,
tinggal dikubur ia sendiri,
mulai menoleh ke kanan kiri,
gelap dan sempit yang didapati.

Malaikat datang mengucap salam,
datangnya langsung tak tunggu malam,
tak basa-basi ataupun diam,
langsung bertanya pokok terdalam.

VIII
ditarik mayat supaya duduk,
atasnya sempit harus menunduk,
terhina bagai si anjing buduk,
Ya Allah padamu jua hamba-Mu tunduk.

Ditanya malaikat tentang Robbuka,
jawaban tak bisa direka-reka,
otak dan akal tidak terbuka,
terjawab apa yang paling disuka.

Kalaulah bisa direkayasa,
membawa kertas pastilah bisa,
atau direkam seperti biasa,
tak akan ada orang yang susah.

IX
Jawaban muncul secara spontan,
buahnya iman seperti intan,
selama hidup musuhnya syaitan,
patuh selalu pada peringatan.

Jawaban akan muncul mengalir,
lancar seperti hanyutnya air,
tanpa dihafal tanpa difikir,
asalkan hidup banyak berzikir.

Bagi mereka yang salah kata,
dihantam langsung tulangnya patah,
sakitnya tak bisa diungkap kata,
sampai mencelat si biji mata.

X
Tanya kedua tentang imamnya,
apakah alquran dipedomaninya,
perintah Allah dikerjakannya,
larangan Allah ditaatinya.

Jawaban tak dapat direkayasa,
kalaulah benar pastilah bisa,
kalaulah tidak putuslah asa,
dipukul dengan cambuk selaksa.

Beda dunia dengan dikubur,
jasad dipukul sampai membubur,
kembali lagi karena lentur,
dipukul lagi daging berhambur.

XI
Tanya ketiga tentang rasulnya,
apakah jadi teladan hidupnya,
ibadah ikut cara-caranya,
bercermin selalu pada akhlaknya.

Kalaulah hidup penuh maksiat,
jawaban pasti salah dan sesat,
terbalik-balik terjulat-julat,
dipukul lagi berlipat-lipat.

Sungguh sedih bukan kepalang,
rasakan siksa tiada terbilang,
tak ada tempat berlari pulang,
sampai kiamat datang menjelang.

XII
Tanya keempat sangatlah dahsyat,
bagaimana cara harta didapat,
kemana harta jadi manfaat,
dipakai benar atau maksiat.

Tanya yang ini amatlah penting,
karena harta iman terbanting,
duda yang tua bisa menyunting,
rambut yang lurus bikin keriting.

Harta yang baik ada zakatnya,
dipakai dengan benar caranya,
dicari dengan aturan kitab-Nya,
akan membantu lapang kuburnya.

XIII
Ditanya juga kiblat dirinya,
itu bermakna tentang sholatnya,
kalau ke mekkah jawab darinya,
berarti sholat benar caranya.

Ditanya juga sholat yang wajib,
darilah isya sampai ke maghrib,
apakah telah dikerja tertib,
ataukah hanya tertungit-tunggit.

Kalaulah sholat sudah sempurna,
beruntung ia jasi karena,
mendapat pahala dijanjikan-Nya,
selamat ia dalam kuburnya.

XIV
Setelah itu malaikat pergi,
meratap ia sesali diri,
mengapa didunia tak tahu diri,
untuk kembali tak mungkin lagi.

Dalam ratap tangis menghiba,
datanglah teman yang tak didamba,
busuk bernanah kotor bertinja,
kalau bicara seperti marah.

Yang baik juga diberi teman,
harum baunya penuh senyuman,
kalau berkata terdengar nyaman,
sungguh...bahagia dia sampai akhir zaman.

XV
didalam Hadits Rasul bersabda,
didalam kubur orang berbeda,
yang beriman ditaman surga,
yang melawan di dekat neraka.

Bagi mereka orang beriman,
hidup dikubur tiada bosan,
seperti tidur punya impian,
terbangun di hari pembalasan.

Terbalik bagi mereka yang kufur,
maksiat hidup sudah terlanjur,
lama terasa didalam kubur,
waktunya panjang tiada terukur.

XVI
Hatiku perih mata menangis,
teringat pada malaikat yang bengis,
tiada perduli ratap dan tangis,
tersayat badan luka menggiris.

Wahai Ilahi Maha Pengampun,
tolonglah hamba selalu dituntun,
supaya dikubur tempat berhimpun,
mendapat rahmat mendapat santun.

Hambamu ini berlumur dosa,
imanpun lemah kadang terasa,
taat padamu kadang tak bisa,
walaupun diri telah usaha.

XVII
Syair kubuat sambil meratap,
wajah ke langit tiada beratap,
berharap iman selalu tetap,
taat selalu dalam bersikap.

didalam kubur mayat terbaring,
dipasang lurus badannya miring,
barulah pergi para pengiring,
malaikat datang mayat merinding.

Ketika dikubur tinggal sendiri,
tiada gunanya sesali diri,
menangis sampai rambut berdiri,
air mata darah mengalir dari.

PENUTUP
XVIII
Kepada diri hamba berpesan,
juga  istri dan keturunan,
ketika mati mohon doakan,
agar dikubur baik balasan.

Syairku sampai disini dulu,
karena malam menjelang dalu,
dan hati ini terasa pilu,
kepada Allah hamba pun malu.

Pada sahabat kuucap salam,
sebagai penutup diawal malam,
berharap hamba pada penguasa Alam,
di karunia surga Darussalam.

Inderalaya, 07 Oktober 2010
Hamba Allah

Hamdi Akhsan